Kesenian Rengkong, Bentuk Rasa Syukur Hasil Panen Masyarakat Pameungpeuk


Rengkong merupakan kesenian khas masyarakat Pameungpeuk. Kesenian ini lahir dari kebiasaan masyarakat sekitar pesisir pantai selatan Garut ketika musim panen tiba. Biasanya, di musim panen, masyarakat akan mengangkut hasil pertanian mereka dengan menggunakan alat pikul yang terbuat dari bambu. Alat itu mereka sebut dengan rancatan atau rengkong.

Rengkong terbuat dari batang bambu utuh dengan jenis gombong. Kemudian, di kedua ujung bambunya, para petani mengikat dan menggantungkan hasil panen mereka dengan menggunakan salang. Selanjutnya, para petani mengangkut hasil-hasil pertanian mereka dari sawah menuju lumbung.

Ketika para pemikul rengkong mulai bergerak, pergesekan antara tali pengikat (salang) dengan batang bambu (rengkong) menimbulkan bunyi unik. Semakin lincah para pemikul bergerak, maka bunyi yang lahir dari rengkong tersebut akan semakin terdengar ramai dan nyaring. Apalagi, jika para pemikul terdiri dari beberapa orang dan melakukannya secara beriringan. Hal itu akan menghasilkan bunyi-bunyian lebih ramai dan bervariasi. Bunyi yang keluar tergantung besarnya bambu dan beratnya benda yang mereka bawa. 

Kebiasaan ini terus berlangsung setiap kali panen tiba. Sambil bekerja, para pemikul juga akan saling bercanda. Tidak jarang mereka bernyanyi dengan iringan bunyi-bunyian unik dari pikulannya. Sampai akhirnya ini menjadi sebuah tradisi. Lambat laun, kebiasaan masyarakat Pameungpeuk ini bertransformasi menjadi sebuah bentuk kesenian yang unik. Masyarakat mengenalnya dengan sebutan Kesenian Rengkong.

Sayangnya, seiring berjalannya waktu, fungsi batang bambu mulai tergeser oleh keberadaan sepeda dan kendaraan bermotor. Rengkong sudah jarang para petani gunakan, sehingga kesenian itu pun nyaris terkubur oleh kemajuan zaman. Untungnya, kesenian ini hidup kembali. Meskipun fungsinya bergeser, namun kesenian tersebut masih bisa dinikmati hingga kini.

Kini Kesenian Rengkong hanya berfungsi sebagai hiburan. Sudah jarang berfungsi sebagai tanda panen besar. Biasanya, rengkong akan dipentaskan dalam acara pernikahan atau khitanan sebagai arak-arakan. Selain itu, rengkong juga biasa eksis di festival-festival budaya, seperti pergelaran Gebyar Budaya Garut Festival, dalam peringatan hari jadi kota Garut.

  • -

0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka