Kritik Diri Tidak Selamanya Baik, Ini Cara Menyikapi Toxic Self-Criticism


[caption id="attachment_2592" align="aligncenter" width="200"]Ilustrasi Self-criticism (Foto : Getty Images) Ilustrasi Self-criticism (Foto : Getty Images)[/caption]

Apakah kamu sering berbicara dalam hati? Atau memiliki pemikiran yang terdengar dari dalam pikiranmu sendiri? Ini adalah hal yang lumrah terjadi karena setiap individu pasti melakukan monolog batin. Inner monolog atau monolog batin merupakan refleksi perasaan atau pemikiran kita. Hal ini memiliki kekuatannya tersendiri, karena bisa membawa efek positif dan negatif ke dalam diri. Tidak jarang, dalam monolog batin kita mengkritik diri sendiri. Sayangnya kritik diri ini tidak selamanya baik. Istilah untuk menyebut hal tersebut adalah toxic self-criticism.

Kritik diri atau self-criticism terkadang memang diperlukan untuk memotivasi dan memperbaiki diri. Namun terkadang, muncul pemikiran toxic yang tidak baik untuk kesehatan mental. Beberapa contohnya adalah menyalahkan diri sendiri atau self-blame, menganggap diri tidak berguna, atau pikiran-pikiran negatif lainnya. Lalu, bagaimana cara kita menyikapi toxic self-criticism? Simak penjelasannya!

Beri perhatian khusus pada pikiran kamu

Kita sering tidak menyadari sinyal pesan yang dikirimkan otak ke dalam diri. Mulailah untuk memperhatikan hal-hal tersebut. Menurut penelitian, terdapat sekitar 60.000 hal yang kita pikirkan setiap harinya. Cobalah untuk mendengarkan pikiran-pikiran tersebut, dan pelajari polanya untuk memahami bagaimana pikiran kita bisa mempengaruhi kehidupan.

Alihkan pikiran kepada hal lain

Terkadang, kita masih sering dihantui oleh kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan di masa lampau. Walaupun merenung terkadang memang memberi dampak baik, namun jika kita melakukannya secara terus-menerus efeknya akan destruktif. Cobalah untuk memikirkan hal lain ketika pikiran kita sibuk memikirkan penyesalan yang tidak ada habisnya. Cara yang paling baik adalah dengan beraktivitas. Beberapa contohnya adalah jalan-jalan, olahraga, mengobrol bersama teman, atau melakukan hobi lainnya.

Periksa buktinya

Terkadang, apa yang kita pikirkan tidak selalu benar. Faktanya, kita sering melebih-lebihkan negativitas. Maka dari itu, penting untuk memeriksa kebenaran tentang suatu hal sebelum kita mempercayai pikiran kita.

Gantilah pikiran negatif dengan pikiran yang realistis

Ketika kamu menyadari jika pikiran negatif yang kamu miliki tidak sepenuhnya benar, cobalah untuk mengganti pikiran tersebut dengan pikiran yang realistis. Kamu tidak perlu menggantinya dengan hal positif yang tidak realistis. Pasalnya, kepercayaan diri yang berlebihan juga dapat merusak diri. Sebaliknya, pikiran yang realistis akan membuat mental semakin kuat.

Pertimbangkan jika pikiran negatif itu benar-benar terjadi

Semua orang pasti tidak ingin mengalami kegagalan. Namun, seringkali skenario paling buruk tidak seburuk kelihatannya. Kegagalan memang menyakitkan, namun itu bukanlah akhir dari dunia. Ingatkan pada diri sendiri jika kita mampu menghadapi masa-masa sulit.

Tanyakan pada diri sendiri, nasihat apa yang akan kamu berikan kepada teman

Seringkali memberi nasihat kepada teman lebih mudah daripada menasihati diri sendiri. Contohnya, kita bisa dengan mudah memaki diri sendiri ketika melakukan kesalahan. Namun, kita tidak akan melakukan itu kepada orang tersayang. Maka dari itu, ketika kamu sedang mengalami kesulitan, cobalah tanyakan pada dirimu sendiri apa yang akan kamu katakan pada temanmu jika mereka ada di posisi itu.

Seimbangkan antara pengembangan diri dan penerimaan diri

Ada perbedaan besar antara menyebut dirimu tidak cukup baik dan menyebut jika ada ruang untuk mengembangkan diri. Cobalah untuk menerima dirimu apa adanya sambil mencoba untuk berkembang di masa depan. 

Itulah beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk menyikapi toxic self-criticism. Lebih baiklah kepada dirimu sendiri. Semoga kita semua lebih bahagia hari ini!

  • -

0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka