Raden Hadji Moehamad Moesa, Pelopor Kesusastraan Cetak Sunda


Raden Hadji Moehamad Moesa adalah seorang sastrawan, penghulu, dan ulama yang lahir di Garut pada tahun 1822. Ayahnya adalah Raden Rangga Suryadikusumah, seorang patih dari Kabupaten Limbangan (sekarang Kabupaten Garut). Karya-karya sastra milik Raden Hadji Moehamad Moesa bisa dicetak hingga ribuan eksemplar di Batavia (sekarang Jakarta), sehingga beliau mendapat julukan sebagai pelopor kesusastraan cetak Sunda.

Moehamad Moesa menempuh pendidikan formal di pesantren, seperti anak menak (bangsawan) Sunda pada umumnya. Ketika sedang ada waktu luang, Moehamad Moesa akan belajar tentang pengetahuan umum, khususnya mengenai sosial budaya Sunda. Selain itu, Moehamad Moesa juga mempelajari tentang keterampilan yang berkaitan dengan birokrasi pemerintahan.

Sempat menjadi seorang mantri gudang pada tahun 1852, Moehamad Moesa lebih memilih untuk fokus di bidang keagamaan. Oleh karena itu, tiga tahun setelahnya (1855), pemerintah Hindia Belanda mengangkat Moehamad Moesa sebagai penghulu besar Kabupaten Limbangan. Sebagai seorang penghulu, Moehamad Moesa bertugas untuk mengurusi segala hal yang berkaitan dengan keagamaan Islam. Beberapa di antaranya seperti kelahiran, kematian, dakwah, dan pernikahan.

Kecintaan Moehamad Moesa terhadap menulis dan mengarang berkembang ketika beliau bertemu dengan K.F. Holle, seorang Belanda yang merupakan administrateur sebuah perkebunan teh swasta di Cikajang. Meskipun bukan orang asli pribumi, namun K.F. Holle menaruh perhatian lebih terhadap masyarakat dan kesenian Sunda. Karena hal itu, Moesa dan Holle dengan segera menjalin hubungan yang erat. Mereka sering saling berdialog dan berdiskusi mengenai kebudayaan. Berawal dari sana, terjalin lah kerjasama yang saling menguntungkan.

Karya Moehamad Moesa yang paling terkenal adalah Wawacan Panji Wulung (1871). Selain itu, terdapat banyak karya milik Moehamad Moesa yang telah dicetak, di antaranya Wawacan Raja Sudibya (1862), Carita Abdurahman jeung Abdurahim (1863), Ali Muhtar (1864), dan masih banyak karya-karya lain.

Raden Hadji Moehamad Moesa memiliki lima orang putra. Di antara kelima putranya, Raden Ayu Lasminingrat dan Raden Karta Winata mewarisi bakat menulisnya.

  • -

0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka