Usaha Penggilingan Padi Rugi Setengah Miliar Pasca Banjir Sukawening

Usaha Penggilingan Padi Rugi Setengah Miliar Pasca Banjir Sukawening

Semesta Patala Buana (52) pemilik tempat penggilingan padi beserta 4 rekannya yang memasok beras kehilangan sumber penghasilan mereka. Pasalnya banjir Sukawening yang terjadi pada Sabtu (27/11) kemarin, meluluh lantakan penggilingan padi yang terletak di Kampung Mulabaruk, Desa/Kecamatan Sukawening, Kabupaten Garut. Kerugian mencapai setengah miliar. Ratusan karung padi, ketan dan beras hasil penggilingan terbawa terjangan air masa itu, sekarang hanya reruntuhan bangunan yang tersisa.

“Kerugian hampir setengah miliar sareng bangunan mah ieu teh,” kata Tala selepas membereskan puing-puing bangunan.

Kronologis Kejadian

Saat baru sampai ke rumahnya di Pasijengkol. Desa Sukahaji. Pria yang mendapat panggilan Pak Tala ini mendapat telepon dari temannya bahwa ada banjir yang datang. Pikir Tala itu hanya banjir biasa karena hujan saat itu kecil jadi tidak mungkin terjadi banjir besar, tapi setelah datang ke lokasi Tala terkejut melihat tempat usahanya hancur. Tak hanya itu, warung dan kios yang baru ia bangun di pinggir sungai juga hilang tak bersisa.

“Cai dongkap kadieu teh abi nembe uih. Terus aya nu nelpun aya banjir cenah. Ah da saur abi teh hujan biasa, pas ninggali naha jadi kieu (air datang kesini saya baru pulang. Lalu ada yang nelpon ada banjir katanya, kata saya ini hanya hujan biasa, pas liat kenapa jadi begini),” terang Tala.

Begitupun Anah (66) pemasok beras di tempat Tala. Anah kaget saat anaknya yang baru keluar dari tempat penggilingan lari sambil berteriak ada banjir. Anah yang rumahnya tidak jauh dari sana langsung menghampiri. Ia menangis sambil berlari kesana kemari saat melihat air datang dengan cepat dan semakin meluap-luap. Apa mau dikata Nenek ini tidak bisa menyelamatkan barang miliknya. Air membawa pergi karungan beras dan ketan yang ia beli dari petani.

“Abi ceurik kaditu kadieu, abi nangis bari kaditu kadieu…. da masih hoyong keneh usaha nya neng daripada urang calik da tos katumanan mah (Saya menangis sambil lari kesana kemari, saya masih mau punya usaha ya neng kalo sudah terbiasa kerja mah),” ujar Anah sambil mengekspreikan muka  ketakutan dengan tangan di pinggir kepala dikepalkannya.

Tempatnya yang berada di bawah dan berada tepat di pinggir sungai menjadi sasaran empuk terjangan deras air. Sebenarnya Asan (40) pemasok lain di tempat Tala, berhasil mengangkat beras-beras itu ke jalanan dekat jembatan. Hanya saja air semakin naik ke atas. Mereka pun pasrah melihat air menghempas bangunan beserta isinya. Dari ratusan karung beras, padi dan ketan hanya sekitar dua puluh yang berhasil mereka temukan sedang berendam di sawah.

Beberapa Kali Terkena Musibah Tapi Tetap Tabah

Menurut keterangan Tala dahulu juga sering terjadi banjir, tapi tidak separah sekarang. Pun letusan gunung galunggungung pada tahun 1982 tidak membabad habis tempat penggilingan padi. Usaha milik keluarga Tala ini sudah ada sejak tahun 1965, masih bertahan sampai tiga generasi. Tapi setelah renovasi jembatan membuat lubang jembatan mengecil, sehingga saat datang banyak air seperti kemarin air akan meluap ke atas. Pohon dengan akar yang besar juga gundukan sampah memperparah kondisi tersebut.

Dari beberapa tempat penggilingan beras di Sukawening, kondisi tempat Tala yang paling parah. Meskipun begitu, Tala masih bersyukur karena tidak ada korban jiwa. Ia tetap tabah dengan musibah yang ia terima. Untuk kedepannya Tala berharap usahanya dapat ia bangun kembali. Ia tidak berharap banyak pada bantuan pemerintah. Tala akan mulai semua dari nol, meskipun ia akui masih bingung harus bagaimana cara kedepannya.


Baca lainnya

0 Komentar :

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.