Bengkong, Paraji Sunat dari Garut yang Sudah Tergantikan


Bila seorang anak disunat biasanya melibatkan peran penting tukang sunat. Di perkampungan, tukang sunat dikenal sebagai ‘paraji sunat’ atau ‘bengkong’. Seorang bengkong akan dikenal dan banyak menerima panggilan sehingga dianggap ahli jika hasil sunatannya baik. 

Keahliannya ditunjukkan dengan tidak ada rasa sakit yang berlebihan pada anak yang disunat dan luka sunatnya dapat sembuh dalam waktu 10 hari. Bengkong yang punya keahlian tersebut, akan mendapat reputasi baik. 

Menjadi bengkong bukanlah hal yang mudah. Keahliannya diperoleh dari ilmu warisan bengkong senior kepada muridnya. Muridnya akan dibimbing oleh bengkong senior dengan ujian lahit batin. Hal tersebut menjadikan profesi bengkong sangat langka, bahkan dalam satu desa bisa terhitung oleh jari. 

Saat itu, tradisi menyunat anak biasanya dilakukan di rumah orang tuanya dengan menggelar hajatan. Bengkong yang akan menyunat harus datang ke rumah pelanggannya, bukan seperti sekarang, si anak yang dibawa ke tempat sunat. Kebiasaan ini berkaitan dengan tradisi ‘nyunatan’ di masa lalu yang tidak bisa dipisahkan dengan para bengkong di tempat anak yang akan disunat. 

Sebelum proses penyunatan, pada waktu subuh akan dilakukan proses “ngeueumkeun budak sunat”. Si anak akan di bawa ke sungai atau kolam untuk kemudian berendam hingga merasa kedinginan dan kulit si anak menjadi kebas. Proses tersebut diiringi dengan tabuhan dogdog, genjring, atau tarebang dengan alunan solawat. 

Setelah berendam, anak yang akan dikhinat menggunakan baju sunat dengan warna mencolok atau dihiasi berbagai aksesori. Ia dipangku oleh ayah atau kakeknya yang duduk di kursi. Para keluarga dan tetangga akan menghadiri acaranya dengan berkumpul sembari melontarkan solawat Nabi. 

Bengkong siap melaksanakan tugasnya. Ia dengan cekatan memasang babango dan cacapit. Lalu, kulit kulup dipotong dengan pisau kecil yang tajam, setelah terputus, para hadirin akan mengucapkan selamat. Bersamaan dengan itu, dipotong hewan biasanya ayam jago sebagai pengganti anak yang disunat.

Untuk mencegah infeksi, luka bekas sunat ditetesi getah talas atau getah pelepah pisang yang sangat mujarab untuk mengeringkan luka atau menghentikan keluarnya darah. 

Bengkong biasanya dianggap sebagai tokoh masyarakat. Ia disejajarkan dengan ajengan, guru, atau pegawai negeri. Bengkong biasanya bukan orang sembarangan. Ia harus melengkapi dirinya dengan berbagai ilmu lahir maupun batin. 

Namun, sayangnya di era modern ini, semua orang lebih tertarik pada cara yang praktis dengan teknologi terkini. Popularitas bengkong menjadi pudar dan hilang, berganti dengan mantri atau dokter dengan alat-alatnya yang modern.


0 Komentar :

    Belum ada komentar.