ADVERTISEMENT
Beranda Selamat Hari Guru Nasional! Inilah 3 Tokoh Pendidikan dari Garut

Selamat Hari Guru Nasional! Inilah 3 Tokoh Pendidikan dari Garut

1 tahun yang lalu - waktu baca 2 menit

Hari Guru Nasional diperingati setiap tanggal 25 November. Peringatan Hari Guru bertujuan untuk memperingati peran dan jasa para guru di Indonesia. Guru sebagai tenaga pendidik profesional memiliki tugas mulia untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didiknya. 

Di Garut juga terdapat tokoh-tokoh pendidikan yang berperan aktif dalam memperjuangkan pendidikan, terutama pendidikan pribumi di Garut. Tokoh-tokoh tersebut antara lain:

 

1. HM Djamhari

HM Djamhari.jpgPerbesar +

Ia merupakan salah satu tokoh di Garut yang memiliki peran penting dalam dunia pendidikan. Ia bersama kerabatnya di kalangan SI mendirikan Holland Inlandsche School Broderschap atau sekolah persaudaraan. Ia juga merintis dan mengembangkan Sekolah Budi Priayi bersama kalangan keluarga Garut. Pada 1918 ia merintis madrasah modern pertama di Priangan dengan nama Madrasah Muhammadiyah Lio.

 

2. KH Anwar Musaddad

4. Prof. K.H. Anwar Musaddad.jpgPerbesar +

Ia adalah ulama terkemuka asal Sunda, guru besar, dan tokoh nasional yang berasal dari Desa Ciledug, Garut. Tahun 1953, KH Anwar Musaddad menerima tugas dari Menteri Agama KH Fakih Usman untuk mendirikan PTAIN Yogyakarta (icakl bakal IAIN) kemudian diangkat menjadi guru besar bidang Ushuluddin. Kiai Anwar mengembangkan bidang pendidikan dan mendirikan Sekolah Persiapan IAIN di Garut, Cipasung, Tasikmalaya, Cilendek, Bogor, Ciparay, Bandung, dan Majalengka. Tujuannya untuk menggembleng sumberdaya manusia yang lengkap, jumlah mahasiswa IAIN agar meningkat, dan obsesi Kiai Anwar dalam mengulamakan intelektual dan mengintelektualkan ulama.

 

3. RA Lasminingrat

lasminingrat.jpeg.jpgPerbesar +

RA Lasminingrat berjasa dengan membuka Sakola Kautamaan Istri Lasminingrat yang didirikan RA Lasminingrat di Garut. Lasminingrat menggerakan anak-anak gadis sanak keluarganya untuk mengikuti Sakola Kautamaan Istri. Sekolah tersebut kemudian mengalami perkembangan bahkan murid mencapai 200 orang. Setelah sekolah tersebut mendapat pengesahan dari Pemerintah Belanda, jumlah Sekolah Keutamaan Istri berkembang dan melahirkan sekolah-sekolah yang sejenis di berbagai daerah.

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.