Apa Itu Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI)?

Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) adalah inisiatif yang diluncurkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sebagai bagian dari kebijakan Merdeka Belajar Episode ke-17, yaitu Revitalisasi Bahasa Daerah. Festival ini bertujuan untuk melestarikan bahasa daerah di Indonesia dengan mengembangkan generasi muda sebagai penutur aktif bahasa ibu. Melalui FTBI, pemerintah berupaya melindungi kekayaan budaya bangsa dan mendorong anak muda agar lebih mencintai dan bangga menggunakan bahasa daerah mereka.

Revitalisasi bahasa daerah ini didasarkan pada Pasal 32 Ayat 2 UUD 1945 yang menyatakan bahwa negara wajib menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional. Sebagai puncak kegiatan, FTBI digelar setiap tahun dan melibatkan berbagai pihak, termasuk siswa, guru, komunitas sastra, akademisi, sastrawan, serta budayawan. Pada tahun 2024, FTBI tingkat provinsi Jawa Barat akan diselenggarakan di Kabupaten Garut pada 3–6 Desember, dengan melibatkan lebih dari 900 peserta dari 27 kabupaten/kota.

Berbagai perlombaan menarik akan diadakan, seperti ngadongeng, biantara, maca sajak, nembang pupuh, maca jeung nulis aksara Sunda, ngarang carita pondok, hingga borangan (stand-up comedy). Kegiatan ini dirancang secara kreatif dan interaktif untuk meningkatkan minat generasi muda terhadap bahasa ibu. Selain itu, pemerintah daerah juga turut mendukung penyelenggaraan festival ini melalui penyediaan akomodasi, keamanan, tenaga medis, hingga cenderamata bagi para pemenang.

FTBI diharapkan dapat menjadi momentum penting dalam pelestarian bahasa daerah sebagai identitas budaya bangsa. Melalui festival ini, generasi muda diajak untuk lebih sadar akan pentingnya bahasa daerah, sehingga bahasa ibu dapat terus diwariskan sebagai bagian dari kekayaan budaya yang hidup. Dengan adanya siaran langsung melalui kanal YouTube Balai Bahasa Jawa Barat, FTBI juga menjadi sarana untuk mempromosikan pelestarian budaya lokal kepada masyarakat luas.

Sumber: Berbagai sumber