ADVERTISEMENT
Beranda Tradisi Nyawer Panganten Adat Sunda: Simbol Kebersamaan dan Petuah Kehidupan

Tradisi Nyawer Panganten Adat Sunda: Simbol Kebersamaan dan Petuah Kehidupan

7 jam yang lalu - waktu baca 2 menit
Tradisi Nyawer Panganten Adat Sunda: Simbol Kebersamaan dan Petuah Kehidupan (source: istimewa)

Tradisi Nyawer Panganten dalam pernikahan adat Sunda adalah prosesi unik yang memadukan ritual simbolik dan nasihat mendalam. Biasanya dilakukan setelah akad nikah, acara ini dipandu oleh seorang juru sawer.

Dalam prosesi ini, juru sawer akan melantunkan kidung atau syair berisi petuah. Sekaligus ia akan menaburkan beras, uang logam/kertas, kunyit, sirih, permen, bunga-bungaan, hingga leupit, atau sirih lipat segitiga berisi gambir dan kapur sirih ke arah pengantin dan tamu.

Makna dari Setiap Elemen Sawer

  • Beras putih mewakili kesejahteraan dan stabilitas kebutuhan keluarga dalam menghadapi hari esok.

  • Kunyit yang berwarna kuning melambangkan kemuliaan dan kelanggengan cinta, seolah emas yang menghiasi kehidupan rumah tangga.

  • Uang logam atau kertas menunjukkan harapan rezeki dan kedamaian lahir–batin selama membangun rumah tangga 

  • Sirih/​leupit adalah simbol pembuka komunikasi dan kesabaran, mencerminkan perlunya saling memahami dalam pernikahan.

  • Permen menandakan kehidupan rumah tangga yang diharapkan manis, lembut, dan penuh keharmonisan .

  • Bunga dan leupit juga melambangkan keharuman nama dan perilaku pasangan baru dalam masyarakat .

Prosedur dan Nilai Ritual

Prosesi dimulai dengan pengantin duduk berdampingan, biasanya di halaman atau bawah genteng (panyaweran), diiringi syair yang dinyanyikan oleh juru sawer. Setelah kidung, bahan-bahan sawer ditaburkan dan tamu undangan serta keluarga saling berebut mengambil simbol-simbol berkah dan nasehat tersebut.

Menurut Dr. Cepi Irawan dari ISI Yogyakarta, Nyawer Panganten tetap dipraktikkan meski sudah mengalami akulturasi akibat perubahan tempat, materi kidung, dan pelibatan juru sawer urban; nilai kontinuitas budaya dan moral hidup tetap terjaga.

Baca Juga: Seserahan Adat Sunda anu Kedah Disiapkeun Sateuacan Nikah

Pesan Tersembunyi dalam Nyawer

Nilai etnopedagogik dalam tradisi ini sangat kuat. Andri Tri Sulistian dan kolega dari UPI menyebut bahwa nyawer tidak hanya berisi nasihat antar manusia, melainkan juga kesadaran akan hubungan manusia dengan Tuhan, lingkungan, waktu, dan harmoni hidup lahir-batin.

Melalui simbol-simbol sederhana seperti beras, uang, sirih, dan permen, kaya akan makna:

  • Kedermawanan pasangan kepada keluarga dan masyarakat.

  • Cinta dan tanggung jawab suami–istri.

  • Upaya menjaga keharmonisan dan warna kebersamaan dalam keluarga baru.

Relevansi Bagi Generasi Milenial

Untuk generasi muda, Nyawer Panganten bukan sekadar tontonan adat. Ini mengajarkan:

  1. Nilai berbagi dan empati, membagikan rezeki dan kebersamaan.

  2. Arti simbolik dalam tindakan sehari-hari, bahwa hal kecil bisa bermakna besar jika dikemas dengan niat baik.

  3. Kesadaran kultural, cara menghargai warisan budaya sambil tetap relevan.

Tradisi Nyawer Panganten mengangkat arti pernikahan sebagai wadah kebersamaan, tanggung jawab, dan petuah kebijaksanaan. Ia merangkum harapan pendidikan moral, sosial, dan spiritual dengan cara yang sederhana namun sarat makna. Tradisi ini cocok dikenalkan ke generasi milenial sebab mampu memadukan estetika budaya, simbolisme kehidupan, serta nilai-nilai etis yang terus relevan.

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.