Asal Mula Nama Tasikmalaya: Dua Versi Sejarah yang Menguak Maknanya


Tasikmalaya, sebuah kota yang terletak di Priangan Timur, Jawa Barat, memiliki sejarah panjang yang berawal dari sebuah wilayah bernama Sukapura. Pada abad ke-17, wilayah ini didirikan oleh Sultan Agung dari Kerajaan Mataram. Sukapura berasal dari dua kata dalam bahasa Sunda: “suka” yang berarti asal atau tiang, dan “pura” yang berarti keraton atau istana. Nama ini, menurut Babad Soekapoera karya R. Kertianagara, diartikan sebagai "asal mula istana" atau "djedjerna keraton," yang menunjukkan pentingnya wilayah ini sebagai pusat pemerintahan.

 

Seiring waktu, Sukapura berkembang menjadi wilayah administratif yang signifikan. Namun, pada awal abad ke-19, wilayah tersebut mulai mengalami berbagai perubahan, baik dari segi administratif maupun geografis. Perubahan ini semakin terlihat jelas setelah meletusnya Gunung Galunggung pada tahun 1822, yang menjadi titik penting dalam transformasi nama Sukapura menjadi Tasikmalaya.

 

Letusan Gunung Galunggung dan Pengaruhnya

 

Pada 5 April 1822, Gunung Galunggung meletus dengan kekuatan yang dahsyat, menimbulkan kehancuran besar di sekitarnya. Letusan ini menelan korban jiwa dan menyebabkan wilayah Sukapura terbungkus abu vulkanik tebal yang bahkan tersebar hingga Jakarta. Selama lebih dari sepekan, abu tersebut menyelimuti wilayah Priangan, termasuk Sukapura, yang mengakibatkan perubahan besar pada lanskap geografis dan sosial di wilayah tersebut.

 

Peristiwa ini menjadi salah satu faktor penting dalam perubahan nama wilayah dari Sukapura menjadi Tasikmalaya. Terdapat dua versi yang menjelaskan asal-usul nama Tasikmalaya, yang keduanya terkait erat dengan peristiwa letusan Gunung Galunggung.

 

Dua Versi Asal-Usul Nama Tasikmalaya

 

1. Tasikmalaya dari Kata "Keusik" dan "Ngalayah"

Versi pertama menyebut bahwa nama Tasikmalaya berasal dari kata “keusik” yang berarti pasir, dan “ngalayah” yang berarti bertebaran. Nama ini merujuk pada peristiwa letusan Gunung Galunggung, di mana pasir dan abu vulkanik bertebaran di seluruh wilayah tersebut. Karena dampak letusan ini sangat besar, Sukapura mengalami perubahan nama menjadi “Keusik Ngalayah,” yang berarti “pasir yang bertebaran,” hingga akhirnya dikenal dengan nama Tasikmalaya.

 

2. Tasikmalaya dari Kata "Tasik" dan "Malaya"

Versi kedua menyebut bahwa nama Tasikmalaya berasal dari kata “tasik” yang berarti telaga atau laut, dan “malaya” yang berarti jajaran gunung. Menurut versi ini, letusan Gunung Galunggung tidak hanya menyebabkan tersebarnya pasir, tetapi juga mengubah kondisi geologi wilayah tersebut. Letusan dahsyat tersebut membentuk jurang-jurang dan bukit-bukit kecil yang tersebar di seluruh wilayah. Jumlah bukit-bukit yang muncul setelah letusan diperkirakan mencapai 3.647, dan hal ini membuat wilayah tersebut memiliki karakteristik geografis yang menyerupai air laut yang mengelilingi pegunungan. Oleh karena itu, nama Tasikmalaya dapat diartikan sebagai "telaga di antara gunung-gunung."

 

Penggunaan Nama Tasikmalaya dalam Administrasi Pemerintahan

 

Nama Tasikmalaya mulai dipergunakan secara resmi dalam administrasi pemerintahan Hindia Belanda pada awal abad ke-19. Pada tahun 1816, Residen Priangan melaporkan bahwa wilayah ini belum dikenal dengan nama Tasikmalaya, namun pada 1820, nama “Distrikt Tasjikmalaija op Tjitjariang” mulai digunakan dalam dokumen-dokumen resmi. Pada tahun 1839, nama tersebut diringkas menjadi “Distrikt Tasjikmalaija,” dan akhirnya, pada tahun 1901, Tasikmalaya menjadi bagian dari Kabupaten Sukapura.

 

Tahun 1913 menjadi tahun yang sangat penting dalam sejarah Tasikmalaya. Pada tahun tersebut, nama Kabupaten Sukapura secara resmi diganti menjadi Kabupaten Tasikmalaya. Perubahan ini mencerminkan perkembangan wilayah tersebut, yang semakin dikenal dan diakui sebagai entitas geografis dan administratif yang terpisah.

 

Perubahan Status Dari Kabupaten Menjadi Kota Administratif

 

Tasikmalaya terus berkembang pesat pada abad ke-20. Sebagai ibukota Kabupaten Tasikmalaya, kota ini menjadi pusat pemerintahan dan ekonomi di wilayah Priangan Timur. Pada tahun 1976, Tasikmalaya mendapatkan status sebagai kota administratif melalui Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1976. Peresmian status kota administratif ini dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri saat itu, H. Amir Machmud, dengan Drs. H. Oman Roosman sebagai Walikota Administratif pertama yang dilantik oleh Gubernur Jawa Barat, H. Aang Kunaefi.

 

Proses peningkatan status Tasikmalaya dari kota administratif menjadi kota mandiri tidak berhenti di situ. Pada masa pemerintahan Bupati H. Suljana W.H., Kota Tasikmalaya terus berkembang secara ekonomi dan sosial. Pada tahun 2001, setelah melalui berbagai proses legislasi, Tasikmalaya secara resmi menjadi kota yang mandiri, terpisah dari Kabupaten Tasikmalaya.

 

Tasikmalaya, baik sebagai kota maupun kabupaten, kini dikenal sebagai salah satu wilayah penting di Jawa Barat. Sejarah panjangnya, yang dimulai dari Sukapura hingga transformasinya menjadi kota modern, menunjukkan betapa besar peran wilayah ini dalam perkembangan budaya, ekonomi, dan pemerintahan di Priangan Timur.

 

Selain itu, dampak letusan Gunung Galunggung yang membentuk karakter geografis Tasikmalaya juga memberikan identitas tersendiri bagi kota ini. Nama Tasikmalaya yang memiliki makna telaga di antara jajaran gunung, atau pasir yang bertebaran, tetap menjadi simbol kuat dari transformasi wilayah ini sepanjang sejarah.

 

 

Dengan perkembangan yang terus berlanjut, Tasikmalaya tetap mempertahankan warisan budayanya, sambil terus berinovasi dan berkembang menuju masa depan yang lebih cerah.

 

 

 

 

 

 

Sumber : Buku Sukapura (Tasikmalaya), karya Letje Marlina yang dimuat dalam buku Sejarah Kota-Kota Lama di Jawa Barat, serta buku Sejarah Kota Tasikmalaya, 1820-1942 karya Miftahul Falah.


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka

  • Oleh Infogarut
  • 10, Sep 2024
Jabarsel Masa depan Jabar