Jejak Peninggalan Hindu dan Islam di Garut yang Berdampingan


Indonesia memiliki sejarah panjang di kerajaan bercorak Hindu, Buddha, hingga Islam yang menyebar di seluruh Nusantara. Kerajaan-kerajaan tersebut meninggalkan peninggalan bersejarah yang masih bisa kita temui hingga sekarang. Tak terkecuali dengan Kabupaten Garut. Bahkan di Garut terdapat jejak peninggalan kerajaan Hindu dan Islam yang berdampingan loh. Ada yang tahu di mana?

Tempat itu berlokasi di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, bernama Situs Cangkuang. Untuk memasuki kawasan ini, pertama kamu akan dikenai tarif untuk dewasa Rp5.000 per orang dan Rp3.000 per orang untuk anak-anak. Setelah itu, kamu harus menaiki rakit dengan biaya Rp5.000 per orang untuk sampai di pulau sebrang, tempat di mana Candi Cangkuang berada dan di sampingnya adalah Kampung Pulo. 

Candi Cangkuang dan Kampung Pulo menjadi jejak peninggalan Hindu dan Islam yang berdampingan. Candi Cangkuang diperkirakan sudah ada sejak abad ke-8. Candi Cangkuang yang sekarang ada di sana merupakan hasil pemugaran. Saat ditemukan, batu candi hanya terdapat 40%. Beberapa batu juga sudah digunakan masyarakat untuk batu nisan, karena saat itu masyarakat tidak mengetahui bahwa itu adalah candi. Candi Cangkuang belum diketahui secar jelas peninggalan raja mana, tetapi para ahli arkeologi memutuskan Candi Cangkuang merupakan peninggalan Hindu abad ke-8. 

Candi Cangkuang saat itu digunakan sebagai tempat sembahyang dan peristirahatan. Candi Cangkuang berukuran 4,5 x 4 meter persegi dengan tinggi 8,5 meter. Patung Dewa Siwa yang ditemukan di luar candi kemudian dimasukan ke dalam candi. Di sebelah candi, terdapat makam Eyang Embah Dalem Arif Muhammad, yang merupakan panglima perang kerajaan Mataram.

Sebelum Eyang Embah Dalem Arif Muhammad datang ke Pulau Panjang, masyarakat di sana masih menganut agama Hindu. Namun, Eyang Embah Dalem Arif Muhammad berhasil meengislamkan oenduduk di sana secara bertahap. Bukti penyebaran Islamnya berupa bangunan dekat Candi Cangkuang yang di dalamnya terdapat kitab kuno, Alquran, hingga naskah khotbah. Di Kampung Pulo juga terdapat rumah adat yang ditempati oleh keturunan Eyang Embah Dalem Arif Muhammad yang hingga sekarang ditempati oleh keturunannya generasi kedelapan hingga kesepuluh.

 

Sumber materi : travel.kompas.com

Sumber foto : sikidang.com


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka