Mengenang Peran Santri di Garut Melawan Pemberontak dalam Memperingati Hari Santri


Ketika 17 April 1952 pasukan Darul Islam menyerbu kompleks Pesantren Darussalam, Kiai Yusuf Tauziri pimpinan pesantren dan santri-santrinya berusaha bertahan dari penyerbuan. Masjid Cipari menjadi benteng pertahanan terakhir. 

Masjid Cipari yang memiliki nama Masjid As-Syuro ini terletak di tengah pemukiman warga yang dikelilingi pesawahan. Lokasinya berada di Kampung Cipari, Desa Sukarasa, Kecamatan Pangatikan. Bangunannya yang bergaya kolonial dari kejauhan sekilas mirip sebuah gereja sebelum kemudian bagian depannya ditambahi bangunan baru. Menaranya menjulang setinggi 20 meter dengan kanopi penutup ventilasi kubah menara yang nampak lubang kecil bekas peluru. 

Penyerangan oleh pasukan Darul Islam tersebut adalah sebuah usaha untuk melenyapkan Pesantren Darussalam. Itulah bukti kecintaan para santri terhadap negara Indonesia dan menunjukkan keteguhan mereka untuk setia pada negara dengan melawan pemberontakan DI/TII. 

Akibatnya, Pesantren Darussalam mengalami penyerangan hingga 47 kali sejak 1949-1958 karena tidak mau bergabung dengan DI/TII dengan Kartosuwiryo. Pemberontak dari Darul Islam berkali-kali mencoba meneror pesantren dengan merusak tembok masjid, untungnya tembok itu tidak rusak karena tebal. Penyerangan itu terjadi sejak 1949-1958.

Tahun 1952, saat penyerangan terbesar, pasukan Darul Islam melakukan penyerangan selama 8 jam. Mereka menghancurkan bangunan pesantren dan merusak masjid. Kiai Yusuf Tauziri dan para santrinya bertahan dengan menggunakan tujuh pucuk senapan dan dua peti granat. Akibat penyerangan tersebut, 11 santri tewas dan lebih dari 10 pasukan Darul Islam lenyap.

Bukti-bukti penyerangan pemberontak masih bisa ditemukan di menara masjid. Hingga kini, fungsi masjid ini masih menjadi tempat ibadah dan mengaji para santri dan masyarakat sekitar. 

 

sumber materi : 

kebudayaan.kemdikbud.go.id

tirto.id

sumber foto : jabar.tribunnews.com


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka