17 Mei Jadi Hari Buku Nasional: Pendiri Bangsa Kita Sangat Menggilai Buku Loh!
Setiap tanggal 17 Mei, Indonesia memperingati Hari Buku Nasional (Harbuknas) sebagai momentum untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya budaya membaca. Peringatan ini mulai diresmikan pada tahun 2002, sebagai upaya menjawab tantangan rendahnya minat baca dan literasi masyarakat di tanah air.
Tanggal ini dipilih bukan secara kebetulan. 17 Mei merupakan hari berdirinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI) yang lahir pada tahun 1980. Selain itu, tanggal ini juga bertepatan dengan ulang tahun Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) yang telah berdiri sejak 1950. Keduanya menjadi simbol penting dalam perjalanan panjang literasi dan penerbitan buku di Indonesia.
Namun, semangat mencintai buku sebenarnya telah mengakar kuat jauh sebelum Harbuknas ditetapkan. Jika kita menengok ke masa perjuangan kemerdekaan, para pendiri bangsa justru dikenal sebagai sosok-sosok yang sangat mencintai buku. Mereka tidak hanya berjuang di medan politik dan diplomasi, tapi juga menjadikan membaca sebagai bagian tak terpisahkan dari proses berpikir dan membentuk visi bangsa.
Baca Juga: 16 Mei 1945: Tentara PETA Dihukum Mati
Generasi muda terpelajar yang menjadi penggerak pergerakan nasional banyak menyerap ide-ide perubahan melalui buku-buku yang mereka baca. Buku menjadi sumber inspirasi, pengetahuan, sekaligus pemicu kesadaran untuk meraih kemerdekaan. Tak heran, sejumlah tokoh utama perjuangan Indonesia dikenal sebagai pembaca ulung sekaligus pecinta literasi.
Sebut saja Soekarno, yang mengaku bahwa buku telah membawanya pada pemikiran-pemikiran besar dunia. Ia ingin menunjukkan bahwa Indonesia juga memiliki pemikiran yang tak kalah hebat. Lalu ada Mohammad Hatta, yang bahkan tak bisa dipisahkan dari buku meski dalam kondisi terkurung di penjara. Saat diasingkan, Hatta membawa serta banyak buku sebagai teman setia.
Sementara itu, Tan Malaka, sosok pemikir revolusioner, dikenal gemar membaca buku-buku bertema sosialisme, nasionalisme, hingga marxisme. Pemikirannya yang tajam lahir dari kebiasaannya membaca secara mendalam. Tak ketinggalan, HOS Cokroaminoto, guru dari banyak tokoh pergerakan nasional, dijuluki “Raja Bermahkota Pengetahuan” karena cintanya yang besar terhadap buku dan ilmu pengetahuan.
Dari kisah para tokoh ini, kita belajar bahwa buku bukan hanya media informasi, tetapi jendela menuju perubahan besar. Maka, tak berlebihan jika Hari Buku Nasional menjadi pengingat bahwa literasi adalah pondasi kemajuan bangsa, seperti yang telah dicontohkan oleh para pendahulu kita.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.