Sound Horeg: Kesenangan Musik yang Mampu Mengganggu Kesehatan Telinga
Sound horeg yang kerap kali dijadikan sebagai hiburan berupa Karnaval Pesta Rakyat, terkhusus bagi masyarakat jawa ini mampu mengincar kesehatan telinga.
Di berbagai daerah di Indonesia, terutama di desa-desa, kini marak fenomena sound horeg, di mana penggunaan sistem audio super bertenaga untuk mengiringi pesta rakyat, arakan hajatan, atau parade kampung.
Festival ini biasanya diiringi truk besar berisi tumpukan speaker dengan daya ribuan watt. Adanya dentuman musik bass ini mampu menjangkau radius hingga satu kilometer, menciptakan tontonan dan hiburan yang semarak bagi masyarakat.
Namun, di balik gemuruhnya hiburan ini tersimpan bahayanya bagi kesehatan pendengaran dan bahkan kondisi fisik maupun mental warga.
Intensitas suara sound horeg sering kali berada di kisaran 120–140 dB, jauh melampaui batas aman yang disarankan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu maksimal 85 dB selama 8 jam per hari.
Apabila warginet mendengarkan sound horeg selama 15 menit saja, hal tersebut sudah cukup dapat memicu kerusakan pada sel rambut halus koklea yang ada di dalam telinga. Hal tersebut mampu menimbulkan gejala seperti tinnitus, penurunan pendengaran sementara bahkan permanen.
Baca Juga: Karena Seekor Orangutan, Indonesia Pernah Jadi Sorotan Dunia!
Dampak Sound Horeg
Adanya tingkat kebisingan yang sangat ekstrim, mencapai 120-140 dB dengan durasi paparan yang terlalu lama dan berulang. Ada pula sistem pendengaran anak-anak dan lansia lebih rentan terjadi terhadap efek jangka panjangnya.
Dilansir dari nationalgeographic.grid.id terdapat dua dampak kesehatan yang akan dialami oleh masyarakat sekitar, bagi secara fisik, fisiologis dan juga mental, sebagaimana penjelasan berikut:
1. Gangguan Pendengaran (Noise-Induced Hearing Loss (NIHL)
Paparan suara ekstrem seperti ini dapat merusak sel rambut koklea dan saraf pendengaran, yang kemudian menyebabkan gangguan pendengaran sensorineural. Kondisi ini biasanya tidak dapat dipulihkan dan menjadi permanen.
Gejala awal dari gangguan ini adalah tinnitus, di mana telinga akan berdenging dan diikuti dengan penurunan ambang pendengaran seseorang.
2. Efek Fisiologis dan Mental
Sound horeg menghasilkan infrasonik dan gelombang frekuensi rendah (5–10 Hz) yang dapat memicu pusing, mual, dan disorientasi.
Otak dan sistem saraf mengalami stres kronis karena paparan gelombang suara ini, meningkatkan kadar hormon stres seperti kortisol, yang bisa mengganggu tidur, memicu kecemasan, serta tekanan darah tinggi.
Infrasound juga disebut dapat mengacaukan keseimbangan tubuh dan memicu vertigo, sehingga tubuh warginet akan mudah merasa kelelahan.
Baca Juga: Langka! Bumi Akan Gelap 6 Menit pada 2 Agustus 2027
Langkah Pencegahan dan Solusi
- Menghindari area dekat speaker yang dapat menurunkan intensitas paparan suara.
- Gunakanlah pelindung telinga, baik berupa earplug atau earmuff, sehingga bisa memfilter suara yang sangat keras dari sound horeg tersebut.
- Memberi jeda istirahat telinga dengan membatasi durasi paparan dan beri waktu pemulihan setelah acara.
- Pantau efek awal apabila muncul tinnitus atau kesulitan mendengar dan segeralah periksa ke THT.
- Regulasi dan edukasi publik, di mana pemerintah dan aparat sekitar perlu mengawasi level kebisingan, serta sosialisasi risiko kesehatan.
Sound horeg yang meskipun memberikan kegembiraan, namun warginet juga harus paham bahwa itu bisa mengganggu kesehatan. Tingkat kebisingan yang melebihi batas aman dan durasi paparan yang lama bisa menjadi ancaman nyata bagi pendengaran, mental, dan fisik masyarakat.
Dengan kesadaran kolektif serta langkah preventif, mulai dari menjaga jarak, menggunakan pelindung telinga, hingga penerapan regulasi kebisingan, di mana fenomena ini bisa tetap dinikmati secara aman dan bertanggung jawab.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.