Benarkah Workaholic Rentan Mengalami Gangguan Mental? Ini Penjelasannya
Workholic, di mana kondisi seseorang yang bisa disebut sebagai orang yang gila kerja. Namun workholic ini akan sangat rentan mengalami gangguan mental.
Berlabel sebagai seseorang yang workaholic berarti tergolong mereka yang terus bekerja berlebihan yang sering melewati batasan waktu istirahat, mengabaikan kehidupan sosial dan keluarga demi menyelesaikan pekerjaan.
Meski sering dipuji karena dedikasinya, perilaku ini bukan tanpa risiko. Di balik label “pekerja teladan”, tersembunyi potensi dampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental seseorang.
Sebuah studi Norwegia yang melibatkan 16.426 pekerja menunjukkan bahwa para workaholic memiliki prevalensi gangguan mental yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan mereka yang bekerja secara moderat.
Temuan ini membawa pertanyaan besar: apakah perilaku gila kerja ini memicu gangguan kejiwaan, atau justru menjadi pelarian bagi mereka yang sudah memiliki kecenderungan tersebut?
Baca Juga: Detoks Media Sosial Bisa Bikin Lebih Produktif? Ini Waktu Idealnya!
Apa Hubungan Workholic dan Gangguan Mental?
Belum diketahui apakah workaholic menyebabkan gangguan mental atau justru mereka dengan gangguan mental cenderung menjadi workaholic untuk menyalurkan kecemasan atau kebutuhan pengakuan.
Dilansir dari KlikDokter, terdapat hasil riset yang dilakukan oleh para peneliti dari Norwegia, sebagaimana berikut ini:
– 32,7 % workaholic memenuhi kriteria ADHD (vs 12,7% non-workaholic)
– 25,6 % mengalami OCD (vs 8,7%)
– 33,8 % mengalami gangguan kecemasan (vs 11,9%)
– 8,9 % mengalami depresi (vs 2,6%)
Riset serupa oleh University of Bergen menguatkan temuan ini, di mana workaholic secara signifikan lebih rentan terhadap ADHD, OCD, depresi, dan kecemasan dibandingkan pekerja lainnya.
Terdapat empat risiko gangguan mental yang biasa dialami oleh para workholic, sebagaimana berikut ini:
1. Stres dan burnout kronis
Beban kerja yang dialami oleh orang-orang yang workholic ini akan tanpa henti memicu stres berkepanjangan, sehingga berakhir burnout yang disebabkan karena kelelahan emosional dan depresi.
2. Gangguan Tidur
Jam tidur akan terganggu karena jam kerja yang terlalu larut malam dengan pikiran yang terus bekerja sehingga warginet tidak bisa tidur dan berdampak terkena insomnia, kelelahan, dan mood yang terus berubah-ubah.
3. Isolasi Sosial
Mengabaikan kehidupan sosial dan keluarga menyebabkan penurunan kualitas dukungan emosional, dengan faktor penting untuk kesehatan mental.
4. Perfeksionisme dan Kecemasan
Dorongan kompulsif untuk selalu sempurna dapat beresonansi dengan gangguan OCD atau kecemasan yang tidak terkendali.
Baca Juga: Jam Koma pada Gen Z: Apa, Kenapa, dan Bagaimana Cara Mengatasinya
Tips Menangani Workholic Agar Dapat Menjaga Kesehatan Mental
Untuk meminimalkan risiko gangguan mental, berikut beberapa langkah praktis:
- Terapkan batasan waktu kerja: atur jam kerja dan patuhi jeda istirahat.
- Bagi-bagilah tugas dengan tim dan rekanmu, jangan hanya memegang semua pekerjaan oleh sendirian.
- Cobalah untuk membangun keseimbangan hidup dengan meluangkan waktu untuk keluargamu, hobi atau juga olahraga.
- Pantau kesehatan mental dengan memperhatikan tanda-tanda stres, gangguan tidur, atau mood negatif. Jika muncul, konsultasi dengan profesional kesehatan mental.
Sungguh, workaholic alias workaholism dapat menjadi pintu masuk bagi gangguan mental seperti ADHD, OCD, kecemasan, dan depresi. Oleh karena itu, menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan adalah kunci untuk tetap produktif tanpa kehilangan kesehatan mental.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.