Menurut Studi, 1 dari 4 Orang Dewasa Akan Lajang Seumur Hidup
Sebuah studi menemukan bahwa satu dari empat orang dewasa kemungkinan akan hidup lajang selamanya. Apa penyebab dan dampaknya?
Di tengah perubahan budaya serta hantaman gaya hidup terkini, nampaknya tren hidup lajang semakin menguat. Menurut laporan dari Pew Research Center, yang masih menjadi bahan diskusi meskipun sudah dirilis sejak 2021, sekitar 25% orang dewasa yang tidak mempunyai pasangan saat ini cenderung tetap lajang sepanjang hidup mereka.
Fenomena ini jelas tidak muncul tanpa alasan. Penelitian tersebut juga mengungkap beragam dampak sosial, ekonomi, dan psikologis yang muncul dari cara hidup tanpa pasangan, terutama jika dibandingkan dengan tiga dekade yang lalu.
Peningkatan Jumlah Lajang dan Tantangan Sosial
Pew mencatat adanya lonjakan signifikan pada populasi orang dewasa lajang berusia produktif (25–54 tahun) meningkat hampir 10% dari tahun 1990 hingga 2019. Bahkan, persentase orang yang belum menikah juga bertambah dari 17% menjadi 33% dalam periode tersebut.
Namun, tidak semua individu lajang merasakan kesepian atau merasa ketinggalan. Penelitian ini justru menunjukkan bahwa banyak dari mereka yang hidup sendiri memiliki tingkat kesadaran diri, ketahanan, dan kemandirian yang lebih. Meski begitu, ada juga potensi ketidaksetaraan dalam bidang ekonomi dan sosial, terutama jika dibandingkan dengan mereka yang sudah menikah atau tinggal bersama pasangan.
Dampak Ekonomi: Lajang Belum Tentu Lebih Hemat
Berlawanan dengan anggapan umum bahwa hidup sendiri lebih ekonomis, data menunjukkan sebaliknya. Pew menemukan bahwa orang dewasa tanpa pasangan memiliki pendapatan yang lebih rendah, tingkat pendidikan yang lebih minim, dan lebih rentan terhadap ketidakpastian pekerjaan.
Secara detail, pria lajang cenderung punya penghasilan jauh lebih rendah ketimbang pria yang menikah. Bahkan, banyak dari mereka yang masih menetap bersama orang tuanya. Pew mencatat bahwa sekitar 31% pria lajang dan 24% wanita lajang masih tinggal di rumah orang tua.
Dampak Sosial dan Kesehatan
Bukan hanya masalah keuangan dan pekerjaan, hidup lajang juga berdampak pada kesehatan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa individu yang hidup bersama pasangan umumnya memiliki kesehatan yang lebih baik dibandingkan mereka yang tidak mempunyai pasangan, khususnya dalam stabilitas emosional dan gaya hidup.
Akan tetapi, penting untuk diingat bahwa tidak semua dampaknya bersifat negatif. Sejumlah individu malah merasa lebih merdeka, tenang, dan bisa lebih fokus dalam mengejar impian hidup saat mengalami kehidupan lajang.
Metodologi Studi
Laporan Pew Research Center ini berjudul "Rising Share of US Adults Are Living Without a Spouse or Partner", yang mengambil data dari sensus Amerika Serikat tahun 1990, 2000, dan 2019. Data tersebut berasal dari lebih dari 3 juta alamat yang dikumpulkan untuk menganalisis status hubungan serta kaitannya dengan pendidikan, keuangan, kesehatan, dan pola tinggal.
Pew sendiri disebut sebagai lembaga penelitian bersifat nonpartisan yang basisnya di Washington DC, dikenal kerap menggarap kajian demografis berskala nasional di Amerika Serikat.
Baca juga: Indonesia Dahulu Disebut “Macan Asia”, Kini Tertinggal Seperti Macan Yang Tidur, Mengapa Begitu?
Menjadi lajang tidak berarti lemah, dan menikah tidak selalu lebih baik. Namun, data dari Pew Research mengajak kita untuk merenungkan bahwa tren hidup tanpa pasangan lebih dari sekadar pilihan gaya hidup. Ini juga merupakan fenomena sosial yang memiliki konsekuensi nyata. Oleh karena itu, apakah kita siap menghadapi masa depan di mana satu dari empat orang dewasa menjalani kehidupan sendiri seumur hidup?
Sumber: Boston Uncovered
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.