Mengungkap Sejarah Stasiun Cikajang


Stasiun Cikajang, yang terletak di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, merupakan salah satu peninggalan bersejarah yang berperan penting dalam perkembangan jaringan transportasi kereta api di Jawa Barat pada masa kolonial Belanda. 

 

Stasiun ini dibangun sebagai bagian dari jalur kereta api Garut–Cikajang, sebuah lintasan ekstrem yang melewati daerah pegunungan Garut Selatan. 

 

Pembangunan stasiun ini menjadi bagian dari upaya untuk menjaring pusat perekonomian ketiga di Garut, yaitu wilayah Cikajang, yang saat itu dikenal sebagai daerah perkebunan teh, kopi, dan karet.

 

Sejarah Awal Peresmian Stasiun Cikajang

Stasiun Cikajang dibangun bersamaan dengan pembangunan jalur Garut-Cikajang, yang diresmikan pada 1 Agustus 1930. Jalur sepanjang 23 km ini dianggap sebagai salah satu jalur kereta api yang menantang karena melewati medan pegunungan curam dengan banyak tikungan tajam. Meskipun sulit, jalur ini diharapkan dapat mempercepat distribusi hasil bumi dari wilayah Cikajang ke pusat kota Garut dan wilayah lainnya di Jawa Barat.

 

Peresmian jalur kereta api Garut–Cikajang dilakukan dengan cukup meriah. Acara pembukaan ini dimeriahkan oleh penampilan kesenian Sunda, seperti gamelan dan tayub, yang berhasil menarik perhatian warga sekitar. Bahkan, Pasar Cikajang hari itu kosong karena masyarakat berbondong-bondong menghadiri upacara pembukaan yang dihadiri oleh perwakilan dari Gouvernement Bedrijven Bandung, Residen Priangan Timur, dan Bupati Garut. Jalur ini menjadi harapan baru bagi perekonomian daerah, karena memperlancar arus barang dan penumpang antara Cikajang dan pusat kota Garut.

 

Masa Kejayaan Stasiun

Setelah diresmikan, Stasiun Cikajang berkembang pesat dan menjadi salah satu stasiun yang sibuk. Stasiun ini tidak hanya melayani pengangkutan hasil bumi, tetapi juga mengakomodasi penumpang yang bepergian ke berbagai tempat. Pada masa 1980-an, stasiun ini masih ramai dikunjungi oleh para pengguna jasa kereta api yang memanfaatkan kereta sebagai moda transportasi utama.

 

Jalur Garut-Cikajang ini juga menjadi daya tarik bagi railfans, termasuk dari luar negeri, yang datang untuk menyaksikan keindahan jalur pegunungan dan menyaksikan aksi lokomotif uap melintasi trek yang berkelok-kelok. Keindahan pemandangan sepanjang jalur ini menjadi salah satu daya tarik utama bagi para penggemar kereta api.

 

Penutupan dan Kemunduran

Sayangnya, pada tahun 1982, jalur kereta api Garut–Cikajang resmi ditutup. Faktor penutupan ini diakibatkan oleh sarana yang sudah tua serta persaingan ketat dari moda transportasi lain, seperti mobil pribadi dan angkutan umum, yang pada masa itu mulai lebih populer. 

 

Meskipun jalur ini memiliki pemandangan alam yang indah, biaya operasional yang tinggi serta infrastruktur yang semakin usang menyebabkan kereta api di jalur ini tidak lagi menguntungkan secara ekonomi.

 

Setelah ditutup, Stasiun Cikajang dibiarkan terbengkalai. Kondisi bangunan pun semakin memburuk seiring berjalannya waktu. Bahkan, atap stasiun ini kini sudah tidak ada lagi setelah mengalami kebakaran, yang menambah kesuraman stasiun bersejarah ini.

 

Stasiun Cikajang adalah saksi bisu dari masa kejayaan jalur kereta api di Garut. Dengan sejarah panjang sejak era kolonial, stasiun ini pernah menjadi pusat aktivitas ekonomi dan transportasi di Garut Selatan. 

 

Meskipun saat ini sudah tidak beroperasi, Stasiun Cikajang tetap memiliki nilai sejarah yang penting dan menjadi bagian dari warisan transportasi kereta api di Indonesia.


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka