Syaikh Muhammad Ishaq Pahlawan Kemerdekaan Indonesia dari Sukaresmi


[Illustration : https://www.instagram.com/fauzan_pesantren1894/?hl=en]

KH Aceng Muhammad Ishaq adalah nama panjang dari Aceng Sasa yang juga dikenal sebagai Ajengan Anom Fauzan, lahir pada tahun 1918 M. KH Aceng Muhammad Ishaq atau Aceng Sasa ini merupakan putra dari Syaikhuna Fauzan yang merupakan tokoh yang mengganti nama Pesantren Pasirbokor menjadi Pesantren Fauzan.

Semasa kecilnya Aceng Sasa sudah memperdalam ilmu agama islam dan berguru kepada ayahnya di Pesantren Fauzan. Namun, ketika Aceng Sasa berusia 14 tahun, Syaikhuna Fauzan atau KH. Muhammad Umar Bashri meninggal dunia. Setelah ayahnya meninggal Aceng Sasa menemukan sebuah kita nahwu karangan ayahnya yang belum selesai ditulisnya.

Aceng Sasa ingin menyelesaikan tulisannya ayahnya sehingga ia memutuskan untuk mencari lebih banyak ilmu dan belajar di beberapa pesantren. Aceng Sasa belajar di Pondok Pesanten Galumpit, setelah itu ia berguru kepada KH. Ahmad Syatibi di Cianjur. Tidak sampai disina, Aceng Sasa memiliki semangat yang besar dalam mencari ilmu sehingga ia melanjutkan mencari ilmu pengetahuan ke Sinarasa-Cirebon.

Di Cirebon Aceng Sasa berguru kepada KH Hasan Hariri di Pesantren Pajaten. Setelah mencari ilmu di berbagai pesantren pada usia 18 tahu Aceng Sasa kembali ke Pesantren Fauzan dan secara tidak langsung ikut memimping Pesantren Fauzan. Aceng Sasa dikenal sebagai seorang yang ramah, Aceng Sasa sering bersilahturahmi ke desa-desa di daerah GArut dan mengahjak masyarakat untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.

Aceng Sasa memiliki pendekatan yang baik kepada kelompok yang ditakuti oleh masyarakat seperti preman dan jawara. Pada masa itu banyak sekali preman dan jawara yang tidak taat kepada aturan agama. Aceng Sasa akan merangkul mereka dan membantu mereka untuk kembali menaati aturan agama. Banyak sekali preman dan jawara yang meninggalkan hal buruk dan berubah menjadi lebih baik.

Selain dikenal sebagai penakluk jawara dan preman, Aceng Sasa juga merupakan sosok pahlawan kemerdekaan Indonesia. Aceng Sasa ikut berjuang bersama masyarakat Garut dalam melawan penjajah. Aceng Sasa juga dikenal sebagai pendekar silat dan juga pandai berdiplomasi sehingga Aceng Sasa menjadi salah satu tokoh yang dihormati oleh masyarakat Garut.

Sebagai ahli diplomasi Aceng Sasa sering berdiplomasi dengan pihak penjajah untuk mencapai kepentingan kedua belah pihak. Aceng Sasa melakukan praktek diplomasi dengan prajurit Jepang diminta Aceng Sasa meminta agar pasukan prajurit Jepang tidak menganggu kegiatan menuntut ilmu di pesantren. Ia menggunakan teknik diplomasi bak diplomat ulung, bahkan melalui aksi diplomasinya ini Aceng Sasa berhasil menjaga lingkungan pesantren dari gangguan prajurit Jepang ditambah dengan dua prajurit Jepang yang memutuskan untuk masuk islam dan menjadi santri Pesantren Fauzan.

 

 

 

Sumber : Muhammad Salim on NU Online


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka