Asal Muasal Dayeuh Manggung, Berawal dari Kisah Cinta Prabu Siliwangi


Sebagai daerah penghasil teh terbesar di Garut, Desa Dayeuh Manggung juga menyimpan kisah panjang tentang asal muasal penamaannya. Desa Dayeuh Manggung berada di Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, yang kini dijadikan sebagai "main gate" bagi para pendaki yang hendak ke Gunung Cikuray.

Menurut sejarahnya, pada masa Kerajaan Dayeuh Luhur, desa ini masih merupakan kawasan hutan lebat yang kemudian oleh Prabu Liman Sanjaya dijadikan sebagai “babakan pidayeuheun” atau daerah bakal perkotaan.

Asal penamaan Dayeuh Manggung sendiri, berawal dari Aki Panyumpit, seorang pembantu Raja beranama Prabu Layaran Wangi atau biasa dikenal dengan Prabu Siliwangi yang bertahta di Kerajaan Pakuan Raharja. Saat itu, Aki Panyumpit ditugaskan untuk melakukan perburuan ke sebuah hutan sebelah timur. 

Setelah sampai di puncak hutan, ia mencium aroma dari arah Sungai Cipancar, sesampai di sana ia melihat seorang puteri cantik yang diketahui bernama Puteri Rambut Kasih. Karena terpukau dengan kecantikannya, Aki Panyumpit kemudian kembali ke istana dan menceritakan kabar tersebut kepada sang raja, Prabu Siliwangi.

Selepas mendengar cerita tersebut, Prabu Siliwangi dirundung penasaran. Ia merasa jatuh cinta pada sosok puteri yang diceritakan oleh ki Panyumpit. Ia kemudian memutuskan untuk meminang sosok puteri cantik yang dikisahkan oleh Aki Panyumpit dengan mengutus Gajah Manggala, Arya Gajah, dan sejumlah pengiring untuk menyampaikan lamarannya ke Balubur Limbangan. Mendengar kabar tersebut, keluarga Puteri Rambut Kasih menyambut mereka dengan baik. Para utusan Prabu Siliwangi kemudian mengabarkan kepada rajanya bahwa lamaran diterima oleh sang puteri. 

Setelah menikah, Prabu Siliwangi dan Puteri Rambut Kasih dikaruniai seorang anak, yaitu Pangeran Basudewa dan Pangeran Liman Sanjaya. Setelah dewasa, Pangeran Basudewa diangkat menjadi penguasa di Balubur Limbangan dengan gelar Prabu Basudewa, sedangkan Pangeran Liman Sanjaya diangkat menjadi penguasa di daerah Dayeuhluhur bagian selatan dengan gelar Prabu Liman Sanjaya.

Prabu Liman Sanjaya kemudian membuka lahan baru dan membuat “babakan pidayeuheun”, lama kelamaan tempat itu berkembang menjadi sebuah kota yang diberi nama “Dayeuh Manggung”. Kala itu Dayeuh Manggung terkenal karena keahlian masyarakatnya dalam membuat kain tenun yang sangat indah, juga produk akar wangi yang mampu mencapai pasamancanegara. Masyarakat Dayeuh Manggung juga ternal dengan karakternya yang kaya akan inovasi di berbagai pengembangan usaha, seperti pertanian, peternakan, perikanan dan industri perdesaan. 


Sumber: dayeuhmanggung.com


0 Komentar :

    Belum ada komentar.