Dudukuy, Topi Tradisional Berbahan Bambu yang Jadi Simbol Para Petani sejak Zaman Dahulu


Bila warginet berjalan-jalan di sekitaran pesawahan, pastinya akan menemui pasukan petani dengan topi sebesar payung berbentuk cekung. Masyarakat Sunda menyebutnya dengan Dudukuy, topi berbahan awi yang disusun dan dianyam untuk melindungi kepala dari hujan dan terik matahari. 

Dudukuy sudah digunakan oleh para petani sejak era perdagangan Eropa. Pada masa itu, produksi topi berbahan bambu ini  sedang ramai di masyarakat pribumi sebagai salah satu komoditas paling potensial. 

Ternyata menurut sejarahnya, pada zaman dahulu fungsi Dudukuy ini tak hanya digunakan sebagai penutup kepala saja. Namun, lebih dari itu topi ini kerap menjadi simbol perlawanan bagi para petani melawan ketidakadilan pemerintahan kolonial. 

Perlawanan tersebut bermaksud mengembalikan norma-norma tradisional yang telah berubah setelah kedatangan orang-orang asing di tanah air. Ketika itu keadaan sosial semakin parah, etika dan moral keagamaan sudah terdegradasi. Karenanya, masyarakat pribumi menggunakan Dudukuy sebagai identitas kelompok pribumi. 

Sejak saat itu, produksi topi berbahan bambu kian harum, tercium ke berbagai kalangan di berbagai wilayah tanah air. Bisnis topi bambu dan pandan ini kian menyebar dan banyak digandrungi  oleh masyarakat Sunda, Betawi, dan Tionghoa.

Hingga kini, ekstistensi Dudukuy masih melekat di kehidupan para petani dan lebih sering digunakan oleh para perempuan dibanding laki-laki. 


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka