Ekonomi RI Tumbuh 5,12% di Kuartal II-2025, Pakar: “Angkanya dari Mana?”
Ekonomi Indonesia tumbuh 5,12% di kuartal II 2025, didorong ekspor, investasi, dan pariwisata, meski sejumlah ekonom menilai tantangan masih besar.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekonomi Indonesia meningkat sebesar 5,12% pada kuartal II tahun 2025 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pemerintah menyambut capaian ini sebagai bukti bahwa pemulihan ekonomi nasional terus berlanjut.
“Ini menunjukkan tren pertumbuhan ekonomi kita cukup baik,” ujar Deputi BPS, Moh. Edy Mahmud, dalam konferensi pers, Rabu (6/8). Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menambahkan, peningkatan ekspor sebesar 10,67% salah satunya terdorong oleh rangkaian safari dagang Presiden Prabowo ke sejumlah negara mitra.
Baca Juga: Dedi Mulyadi Minta Maaf, Kesehatan dan Pendidikan Jabar Belum Sepenuhnya Merata
Sementara itu, sektor investasi naik 6,99%, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,97%, dan pariwisata melonjak tajam sebesar 22,42%.
Namun, dibalik angka-angka impresif tersebut, muncul suara skeptis dari sejumlah ekonom. Chief Economist BCA, David Sumual, mengaku terkejut. “Angkanya jauh di atas ekspektasi, ini cukup mengejutkan,” ujarnya.
Direktur Eksekutif CHELIOS, Bhima Yudhistira, menyoroti ketidaksesuaian antara data pertumbuhan dan indikator sektor industri. “PMI manufaktur kita kontraksi di angka 46,9, itu tidak mencerminkan industri sedang tumbuh,” kata Bhima. Ia juga mempertanyakan klaim pemulihan daya beli masyarakat. “Kalau konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,97%, itu belum menunjukkan pemulihan yang signifikan.”
Hal senada disampaikan oleh ekonom dari CORE Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, yang menilai capaian saat ini belum cukup untuk mencapai target pertumbuhan 8% seperti yang diharapkan pemerintah. “Tantangannya masih besar, terutama soal inflasi dan pengangguran,” jelasnya.
Sementara itu, ekonom Ronny P. Sasmito mengkritik pendekatan pemerintah yang dinilai terlalu berfokus pada data makro. “Data lapangan dan kesejahteraan masyarakat belum sinkron dengan narasi resmi,” tegasnya.
Dengan perbedaan persepsi antara data resmi pemerintah dan analisis para ekonom, publik kini menanti langkah lanjutan dari pemerintah dalam menjaga momentum pertumbuhan sekaligus memastikan dampaknya benar-benar dirasakan masyarakat.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.