Hikayat Mat Peci, Begal Terkenal Asal Leuwigoong Garut

Hikayat Mat Peci, Begal Terkenal Asal Leuwigoong Garut

Bagi warga Jawa Barat, nama Mat Peci sudah tidak asing di telinga mereka. Pria itu kelahiran 1943 asal Leuwigoong, Garut. Ia berasal dari keluarga terpandang di kampugnnya. Nama aslinya Mamat bin Sutomo, tetapi dikenal sebagai Mamat Peci lantaran kemana pun ia pergi, selalu menggunakan peci hitam.

Poster-film-Mat-Peci1.jpg

Masyarakat Garut dan Bandung mengenal Mat Peci dari sebuah film. Dari perjalanan hidupnya, Mat Peci berawal menjalani hari-harinya dengan normal. Ia bahkan memiliki kekasih bernama Euis. Sayangnya, hubungan mereka tak direstui oleh orang tua Euis. Mereka memutuskan untuk berpisah. Kecewa dengan nasib percintaannya, Mamat memilih merantau ke Bandung. Ia menjadi calo karcis bioskop di kawasan Cicadas.

Setiap hari ia menawarkan karcis kepada calon penonton bioskop Liberty atau Thahaja dan Taman Hiburan. Namun, penghasilan menjadi seorang calo tiket bioskop tidak dapat mengubah keadaan ekonominya secar drastis. Mat Peci muak, ia mulai bergaul dengan preman di Cicadas pada 1970. Sejak saat itulah Mat Peci masuk ke dunia kejahatan. Keluar-masuk penjara sudah menjadi rutinitas. Di dalam sel, ia mempelajari ilmu kebal yang membuatnya percaya diri dan nekat melakukan aksi kriminal.

Ia sempat nekat membunuh polisi berpangkat sersan satu di Jakarta untuk merampas pistolnya. Dengan pistol tersebut, Mat Peci melakukan perampokan. Mat Peci terkenal kejam dan sadis, tak segan ia menembak mati mangsanya. Jejak kejahatan terbanyaknya di wilayah Bandung, Cirebon, Sukabumi, dan wilayah lainnya.

Aksinya yang menggegerkan terjadi pada 10 September 1977 pada siang hari. Mat Peci menembak mati karyawan yang baru saja mengambil uang di Bank Karya Pembangunan di Jalan Naripan, Bandung. Aksi lainnya terjadi pada 25 Januari 1978, Mati Peci menembak mati pasangan suami-istri yang membawa uang ketika turun dari becak depan rumahnya di Jalan Pasir Kaliki No. 24 yang lokasinya tidak jauh dari pos polisi. 

Kelakuannya cukup membuat geram polisi dan menggegerkan warga. Polrestabes Kota Bandung membentuk tim khusus untuk memburu dan menangkap Mat Peci. Tim khusus itu dipimpin oleh Komandan Serse Polrestabes Bandung, saat itu dijabat oleh Brigjen Pol Toni Sugiarto.

Mat Peci tinggal di sebuah kamar di kawasan pelacuran di Cicadas. Di tempat itu, ternyata ia bertemu Euis, mantan kekasihnya, yang kabur dari kampungnya dan masuk dunia pelacuran. Cinta mereka bersemi kembali dan memiliki cita-cita untuk menikah. Mereka sempat bertamasya ke Danau Cangkuang, Garut.

Menaiki rakit untuk menyebrang danau menuju Candi Cangkuang, di tempat itu mereka berjanji menikah. Kedua pasangan yang sedang di mabuk cinta itu lupa pada mitos untuk tidak menyebrang naik rakit menuju Candi Cangkuang. Mitosnya, bila sepasang kekasih menyebrang Candi Cangkuang dengan rakit, hubungan percintaan mereka akan putus begitu saja. Mitos itu belum tentu benar, yang jelas, saat mereka pulang ke Cicadas, polisi yang menyamar sudah mengintainya. 

Mat Peci merasakan posisinya yang sudah terancam. Ia meninggalkan Euis dan menuju kampung halamannya di Leuwigoong. Dari Cicadas, Mat Peci berganti-ganti naik kendaraan umum, tapi sesampainya di Jalan Kadungora, Leles, ia menemukan polisi tengah melakukan razia. Mat Peci takut tertangkap, ia turun dan melanjutkan perjalanan menuju Stasiun Leles. Dari Stasiun Leles ia menuju stasiun Leuwigoong di Desa Sindangsari.

Di dalam kereta api, ia menutupi wajahnya dengan topi agar pihak kepolisian tidak mengenalinya. Mat Peci panik ketika kondektur memeriksa tiket para penumpang karena ia takut ketahuan tidak memiliki tiket. Mat Peci loncat keluar dari kereta dan mengalami luka-luka. Mat Peci meneruskan perjalan menyusuri kereta api dan pematang sawah. Di perjalanan, ia berpapasan dengan warga yang sudah tahu identitasnya. Warga tersebut melaporkan kepada aparat desa. Anggota Banpol bernama Entik mengambil senjata Cart Gustav CG-45, bersama polisi Sersan Bana mencari dan mengintai keberadaan Mat Peci di kampung itu. 

Di tengah kesakitannya, Mat Peci mengingat wajah kekasihnya, Euis yang ditinggalkannya. Karena tidak fokus, ia tak menyadari Bana dan Entik tengah mengendap-ngendap mendekati stasiun. Bana Entik menyergap Mat Peci yang terkesiap. Mat Peci mencabut pistol dari balik jaketnya. Sebelum pistolnya menyalak, timah panas dari senjata Entik sudah menghujani tubuh Mat Peci. Mat Peci ambruk bersimbah darah dan tewas tak jauh dari Stasiun Leuwigoong pada 4 Februari 1978. Bana dan Entik melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Leuwigoong. Tim khusus Polrestabes Bandung datang dan membawa jasad Mat Peci untuk dikuburkan di TPU Sinaraga, Jalan Pajajaran, Kota Bandung.

 

Sumber materi : news.detik.com

Sumber foto : ampar.id


Baca lainnya

0 Komentar :

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.