Beranda Jangan Dibuang! Potongan Kuku di China Ternyata Bisa Dijual Rp330 Ribu Loh!
ADVERTISEMENT

Jangan Dibuang! Potongan Kuku di China Ternyata Bisa Dijual Rp330 Ribu Loh!

11 jam yang lalu - waktu baca 2 menit
Jangan Dibuang! Potongan Kuku di China Ternyata Bisa Dijual Rp330 Ribu Loh! (Source: Freepik)

Fenomena unik terjadi di China yang hanya memanfaatkan potongan kuku, mereka mampu mendapatkan penghasilan.

Potongan kuku sesungguhnya sering dianggap limbah kecil yang langsung dibuang begitu selesai dipangkas. Namun, di China justru fenomena unik muncul di mana potongan kuku menjadi komoditas bernilai tinggi dalam industri obat tradisional. 

Kabar ini menarik perhatian banyak orang karena mengubah pandangan kita tentang apa yang selama ini dianggap sampah. Artikel ini akan mengupas bagaimana fenomena potongan kuku dijual di China, dijadikan bahan obat tradisional, serta sejumlah kontroversi dan fakta pendukung yang ditemukan di balik fenomena ini sebagaimana yang Infogarut lansir dari laman Detik.

Potongan kuku di China bisa dihargai sangat mahal hingga 150 yuan per kilogram, atau kira‑kira setara Rp330 ribu/kg. Laporan lain menyebut bahwa wanita di Provinsi Hebei mengumpulkan potongan kuku sejak kecil dan menjualnya secara daring dengan harga tersebut. 

Baca Juga: Islandia Jadi Satu-satunya Negara yang Bebas Nyamuk, Kok Bisa?

Dalam praktik obat tradisional Tiongkok, Traditional Chinese Medicine (TCM), kuku manusia disebut sebagai jin tui. Potongan kuku dipakai sebagai salah satu bahan ramuan yang dipercaya memiliki khasiat seperti:

  • Mengeluarkan racun atau hawa buruk dari tubuh

  • Menolong penyembuhan luka

  • Mengobati perut kembung atau amandel pada anak

Proses penggunaannya umumnya melibatkan pembersihan kuku hingga bersih, pengeringan, dan penggilingan menjadi bubuk halus sebelum dicampur ke dalam formula obat. 

Menurut catatan teks medis kuno Tiongkok, seperti Qianjin Yaofang karya Sun Simiao, penggunaan potongan kuku pernah populer untuk mengobati berbagai penyakit. Namun sejak pertengahan abad ke-20, penggunaan kuku manusia sebagai bahan obat telah banyak ditinggalkan karena munculnya bahan alternatif dengan efek serupa. Meski demikian, praktik ini tidak sepenuhnya hilang dan tertolong oleh minat baru belakangan. 

Kuku manusia tumbuh sangat lambat yang rata-rata orang dewasa hanya menghasilkan sekitar 100 gram kuku per tahun. Hal ini membuat pasokan bahan baku sangat terbatas, sehingga harga bisa tinggi. Karena itu, perusahaan obat tradisional di China dikabarkan membeli potongan kuku dari sekolah atau desa-desa agar stok terkumpul. 

Baca Juga: Microsoft Blokir Layanan Cloud dan AI untuk Militer Israel

Sebagian warganet menyatakan keprihatinan tentang kebersihan kuku, mengingat kuku bisa mengandung kuman, kotoran, atau kontaminan. Para produsen mengklaim bahwa mereka melakukan sterilisasi dan pembersihan menyeluruh sebelum kuku digunakan dalam obat. 

Namun, dari segi medis modern dan regulasi obat, penggunaan bahan biologis seperti kuku manusia tentu memerlukan standar keamanan yang tinggi dan belum banyak data ilmiah independen yang membuktikan efektivitas atau keamanannya.

Banyak orang merasa jijik atau skeptis ketika mendengar bahwa potongan kuku dijadikan bahan obat. Reaksi ini wajar karena terkait norma sosial, kebersihan, dan bahkan tabu tubuh. Apalagi jika sumber bahan tidak transparan, misalnya pencampuran kuku kaki (yang biasanya ditolak) atau pencampuran bahan lain yang tidak diungkapkan.

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.