Kesenian Angklung Buncis, Tradisi Mapag Panganten Sunat dari Kecamatan Tarogong


Sebagai wilayah yang kental akan nilai budaya, Garut tidak pernah lepas menyuguhkan berbagai bentuk karya seni yang lekat dengan unsur kearifan lokal. Salah satunya kesenian Angklung Buncis, yang sempat populer di lingkungan masyarakat Tarogong. 

Kesenian Angklung Buncis merupakan jenis kesenian Angklung yang mengiringi Upacara Turun Mandi pada prosesi khitanan. Dahulu, masyarakat setempat mengadakan upacara tersebut sebagai ritual yang dilakukan oleh adik atau kakak perempuan anak yang dikhitan, diiringi oleh alunan musik dari Angklung Buncis. Dalam prosesi upacara tersebut, anak yang dikhitan dimandikan terlebih dahulu oleh anak perempuan dari keluarganya, sebagai simbol penyucian diri.

Dalam pelaksanaannya, kesenian Angklung Buncis dimaksudkan sebagai pertunjukan hiburan bagi anak yang akan di khitan. Kesenian ini biasanya dilengkapi oleh sisingaan dan badut yang memakai topeng berbentuk binatang. Iringan Angklung Buncis tersebut berlangsung sampai anak yang di khitan dimandikan oleh Paraji. Kesenian ini, biasanya dilengkapi dengan 2 angklung indung, 2 angklung ambrug, angklung penempas, 2 angklung pancer, 1 angklung encok, dan 3 buah dogdog. Adapun lagu-lagu Buncis biasanya menggunakan lagu-lagu dalam Gamelan, yang dinyanyikan oleh pemain Angklung Buncis. 

Mulanya, kesenian Angklung Buncis sempat digunakan oleh masyarakat sekitar sebagai pengiring dalam ritual menanam padi. Namun, pada tahun 1940-an, keyakinan tersebut mulai memudar di kalangan masyarakat. Sehingga Angklung Buncis hanya dijadikan sebagai hiburan atau musik pengiring acara-acara besar. 


0 Komentar :

    Belum ada komentar.