ADVERTISEMENT
Beranda Kisah Perusahaan Bibit Pertanian Belanda di Panembong Garut

Kisah Perusahaan Bibit Pertanian Belanda di Panembong Garut

2 hari yang lalu - waktu baca 2 menit
shutterstock

Wilayah Panembong Garut sejak zaman dahulu dikenal sebagai daerah pertanian. Terdapat sebuah kisah tentang perusahaan pertanian milik Belanda yang ingin bercocok tanam di Panembong Garut pada tahun 1902. Perusahaan tersebut membawa bibit tanaman dari Belanda dan ingin segara menanamnya di area pertanian Panembong.

Namun, jumlah buruh tani di Panembong tidak sebanding dengan luas lahan dan banyak bibit yang akan ditanam. Sehingga perusahaan bibit tersebut harus mendapatkan bantuan tenaga kerja yang diambil dari Cimurah. Perusahaan bibit memberikan perjanjian kepada para buruh tani di mana mereka akan diberi bayaran per-hari sesuai dengan apa yang mereka kerjakaan di hari tersebut.

Perusahaan tersebut memiliki supervisor keuangan yang menghitung jumlah upah yang akan diberikan kepada para buruh tani. Namun, setelah menghitung kembali ternyata upah yang harus dibayarkan melebehi perhitungan awal mereka. Supervisor keuangan tersebut turun ke lapangan dan memeriksa hasil kerja para buruh tani.

Setelah melihat hasil kerja buruh tani supervisor tersebut menemukan bahwa banyak dari mereka yang mengerjakan pekarjaan yang “dilebih-lebihkan” seperti banyak membuat parit yang tidak diperlukan. Oleh karena itulah biaya upah lebih mahal dari perhitungan awal. Pihak perusahaan memutuskan untuk membayar para buruh tani sesuai dengan apa yang mereka butuhkan. Namun, ketika membayar upah para buruh tani tidak menerima jumlahnya karena tidak sesuai dengan kesepakatan.

Para buruh tani menyebutkan bahwa mereka sudah bekerja lebih keras dan banyak berinisiatif agar lahan pertanian tersebut lebih produktif. Namun, pihak perusahaan merasa bahwa mereka melebih-lebihkan pekerjaan untuk dibayar lebih banyak. Tidak terima dengan pernyataan dari perusaahn para buruh tani melawan dan menghadang supervisor keuangan tersebut. Terjadi kesalahpahaman diantara buruh tani dan perusahaan mengenai jobdesk mereka.

Para petani marah dan akan melakukan aksi protes, mereka membawa pacul ke depan kantor untuk melaksanakan aksi protes. Supervisor keuangan akhirnya berunding dengan perusahan mengenai pembayaran upah mereka. Hingga akhirnya perusahaan memutuskan membayar upah sesuai dengan apa yang diinginkan oleh para buruh tani.

 

 

 

 

Sumber : The news of the day for the Dutch East Indies

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.