Korean Wave di Kehidupan Generasi Z: Tren yang Tak Kunjung Surut
Fenomena Korean Wave atau Hallyu telah menjadikan budaya Korea Selatan sebagai fenomena global yang merasuk ke kehidupan Generasi Z. Tren ini tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga memengaruhi gaya berpakaian, rutinitas kecantikan, hingga kebiasaan mengonsumsi makanan. Bagi Generasi Z, Korean Wave seperti tren yang tak kunjung surut, terus berkembang dan sedikitnya membentuk identitas di era digital ini.
Gen Z, sebagai generasi yang tumbuh di tengah kemajuan teknologi digital, begitu mudah terpapar pengaruh budaya Korea lewat berbagai platform streaming dan media sosial. Bagi mereka, drama Korea bukan sekadar tontonan pelepas penat, tetapi seperti sebuah cermin yang memberi inspirasi dalam membentuk gaya hidup dan mengekspresikan jati diri.
Drama Korea terkenal dengan visual yang memukau, termasuk penampilan para aktor dan aktrisnya yang modis serta mengikuti perkembangan tren. Karakter-karakter dalam drakor sering kali menjadi role model fashion bagi penonton. Misalnya, gaya berpakaian Hong Hae In di Queen Of Tears, atau Seo A Ri di Celebrity banyak digandrungi anak muda terutama gen Z.
Karakter wanita dalam drakor juga kerap tampil dengan gaya kasual chic, seperti oversized blazer, rok midi, dan sneakers yang dipadukan dengan tas kecil minimalis. Sementara karakter pria sering mengenakan jaket oversized, sweater polos, atau kemeja berlayer. Generasi Z, yang memiliki akses luas ke media sosial, dengan mudah meniru gaya-gaya ini.
Tren kecantikan dari Korea Selatan juga menyebar luas melalui drama Korea. Karakter dalam drakor hampir selalu tampil dengan kulit wajah mulus, glowing, dan riasan yang tampak natural. Hal ini mendorong Gen Z untuk mengadopsi konsep "glass skin" atau kulit wajah yang bening dan sehat ala Korea.
Selain fashion dan kecantikan, drama Korea juga memengaruhi pola konsumsi makanan Generasi Z. Makanan-makanan khas Korea, seperti ramyeon, tteokbokki, kimchi, dan kimbap, semakin populer setelah sering ditampilkan dalam berbagai adegan drakor. Tak jarang, di Indonesia pun kini banyak restoran yang mengusung konsep ala Korea.
Adegan makan dalam drama Korea, seperti menyantap ramyeon panas di malam hari atau menikmati barbeque Korea bersama teman-teman, menimbulkan rasa penasaran bagi penonton. Banyak generasi muda yang akhirnya mencoba makanan-makanan tersebut, baik melalui restoran Korea yang menjamur maupun dengan memasaknya sendiri menggunakan resep dari internet.
Selain itu, produk makanan instan ala Korea juga mudah ditemukan di supermarket dan e-commerce, mempermudah Generasi Z untuk ikut merasakan pengalaman kuliner yang serupa dengan yang mereka lihat dalam drama.
Fenomena lain yang turut muncul adalah penggunaan istilah-istilah bahasa Korea dalam percakapan sehari-hari. Kata-kata seperti annyeong (halo), waeyo (kenapa), daebak (hebat), dan saranghae (aku cinta kamu) kerap diucapkan oleh Generasi Z.
Popularitas drama Korea tidak bisa dipandang sebelah mata karena pengaruhnya telah merambah berbagai aspek kehidupan. Dari cara berpakaian, tren kecantikan, pola konsumsi makanan, hingga penggunaan bahasa, drakor mampu membentuk identitas dan gaya hidup generasi muda saat ini.
Bagi Generasi Z, fenomena ini bukan sekadar tren sementara, melainkan sikap nyata dari keterbukaan mereka terhadap budaya global. Namun, di tengah euforia ini, penting bagi gen z untuk tetap memilah pengaruh positif dan menyesuaikannya dengan identitas dan budaya lokal. Dengan begitu, fenomena ini dapat menjadi jembatan untuk saling mengenal dan menghargai keragaman budaya di dunia.***
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.