ADVERTISEMENT
Beranda Lantang Bersuara untuk Palestina, Tapi Indonesia Gandeng Investor Senjata Israel?

Lantang Bersuara untuk Palestina, Tapi Indonesia Gandeng Investor Senjata Israel?

1 hari yang lalu - waktu baca 3 menit
Lantang Bersuara untuk Palestina, Tapi Indonesia Gandeng Investor Senjata Israel?

Indonesia gandeng BlackRock, investor senjata Israel, meski lantang bela Palestina. Simbolik pro-Palestina, praktiknya pro-kapital global.

Ketika rakyat Gaza hidup di bawah bayang-bayang bom dan kehancuran, Indonesia, yang selama ini dikenal sebagai salah satu pendukung paling vokal kemerdekaan Palestina, malah menjalin kerja sama dengan BlackRock, raksasa investasi asal Amerika Serikat.

Untuk diketahui, BlackRock adalah investor besar di sejumlah perusahaan pembuat senjata yang memasok kebutuhan militer Israel dalam agresinya terhadap warga sipil Palestina.

Baca Juga: Gaji Tertinggi Dipegang oleh Eropa, Begini Persiapan untuk Kerja di Luar Negeri

Danantara: Wajah Baru Dana Investasi Negara

Kerja sama ini dijalin melalui Daya Anagata Nusantara (Danantara), sovereign wealth fund (SWF) baru Indonesia yang dibentuk di era Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Tujuannya ambisius: mengelola dana dan aset negara, menarik investasi asing, dan membiayai proyek-proyek strategis nasional.

Sebelum berubah nama menjadi Danantara, entitas ini dikenal dengan Indonesia Investment Authority (INA), yang didirikan pada masa Presiden Joko Widodo dan berfokus pada infrastruktur. Kini, cakupannya diperluas, ambisinya ditinggikan, dan mitranya pun diperluas hingga ke BlackRock.

Siapa BlackRock?

BlackRock adalah perusahaan pengelola investasi terbesar di dunia. Berkantor pusat di New York, perusahaan ini mengelola aset lebih dari USD 11 triliun. Portofolionya mencakup berbagai sektor: mulai dari infrastruktur dan energi, hingga industri pertahanan dan teknologi militer.

Namun, di balik kekuatan finansialnya, BlackRock menyimpan catatan kelam: ia menjadi pemegang saham terbesar di beberapa perusahaan pertahanan utama Amerika Serikat yang menyuplai sistem senjata canggih kepada militer Israel.

Perusahaan

Produk

Relevansi

Lockheed MArtin

F-16, F-35, Helfire Missiles

Digunakan IDF (tentara Israel) di Gaza

Raytheon Technologies (RTX)

Sistem Iron Dome, bom presisi

Untuk pertahanan dan serangan balik Israel

Northop Grumman

Drone, radar tempur, pesawat tanpa awak

Untuk operasi militer di Palestina

Untung di Tengah Genosida?

Lockheed Martin, salah satu mitra strategis Israel sejak tahun 1970-an, adalah pemasok utama pesawat tempur dan teknologi militer. Ketika perusahaan seperti ini mendapatkan kontrak baru, nilai sahamnya melonjak, dan BlackRock, sebagai investor utama, ikut menikmati keuntungannya.

Dengan kata lain, setiap bom yang dijatuhkan di Gaza menghasilkan laba bagi BlackRock. Dan ironisnya tak berhenti di situ. Ketika wilayah Palestina hancur dan membutuhkan rekonstruksi, BlackRock juga punya kepentingan di sektor konstruksi dan energi. Mereka untung saat perang, mereka juga untung saat pembangunan ulang.

Mengapa Indonesia Tetap Menggandeng BlackRock?

Ada beberapa alasan di balik keputusan Indonesia menjalin kerja sama dengan BlackRock:

  1. Kebutuhan Dana dan Akses ke Modal Global

Proyek Danantara membutuhkan suntikan dana besar. Karena keterbatasan modal domestik, pemerintah membuka pintu bagi investor asing. Dalam konteks ini, BlackRock dianggap sebagai “gerbang emas” menuju kapital global.

  1. Legitimasi Internasional

Bagi elite politik dan ekonomi Indonesia, menggandeng BlackRock adalah cara untuk menunjukkan bahwa negara ini stabil, terbuka terhadap investasi asing, dan siap membangun proyek besar seperti Ibu Kota Negara (IKN), infrastruktur transportasi, serta energi transisi.

  1. Minimnya Kesadaran Publik

Di ruang publik, Indonesia tetap menyuarakan dukungan terhadap Palestina. Namun sebagian besar masyarakat tidak mengenal siapa itu BlackRock dan seberapa besar keterlibatannya dalam industri militer.

Kurangnya informasi ini menciptakan “ruang sunyi” yang dimanfaatkan elite untuk memainkan dua wajah, pro Palestina di panggung diplomasi, pro kapital di ruang rapat.

Baca Juga: Presiden Macron: Perancis Mengakui Palestina Sebagai Sebuah Negara

Simbolik vs Ekonomik

Perlu digaris bawahi, BlackRock memang bukan pihak yang langsung menekan tombol peluncur rudal. Namun, mereka adalah bankir senjata: investor besar yang menopang kelangsungan perusahaan-perusahaan pembuat alat pembunuh massal.

Kerja sama Danantara dan BlackRock pada akhirnya menunjukkan wajah asli kebijakan luar negeri Indonesia, nasionalis di depan kamera, pragmatis di balik layar. Dukungan moral terhadap Palestina tetap ada, tapi ketika bicara proyek dan investasi, kepentingan ekonomi menjadi panglima.

Kesimpulan

Kerja sama ini bukan hanya soal bisnis dan investasi, tapi juga soal arah moral bangsa. Di satu sisi, pemerintah Indonesia menyuarakan solidaritas terhadap Palestina. Di sisi lain, ia menggandeng lembaga keuangan yang menopang keberlangsungan genosida di wilayah tersebut.

Simbolik: Indonesia mendukung Palestina.
Ekonomik: Indonesia gandeng BlackRock.

Inilah wajah diplomasi ganda yang dijalankan elite negeri ini: Suara lantang di panggung, tangan diam-diam meneken kontrak. Sebuah pengingat bahwa dalam politik internasional, moral sering kali dikorbankan demi modal.

 

Referensi:

  • Feovle

  • Bisnis.com

  • gazamedia.net

  • tempo.co

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.