Legenda Gunung Tampomas: Kisah Mistis dari Sumedang, Jawa Barat


Gunung Tampomas, yang terletak di Sumedang, Jawa Barat, memiliki sejarah dan legenda yang lekat dengan namanya. Nama "Tampomas" diyakini berasal dari dua kata, yaitu tampo yang berarti menerima, dan emas yang mengacu pada logam mulia. Jadi, Tampomas dapat diartikan sebagai "gunung yang menerima emas". Legenda ini berkaitan dengan mitos bahwa gunung tersebut menerima senjata pusaka yang berlapis emas.

Gunung yang menjulang tinggi ini sangat familiar bagi masyarakat Sumedang. Keberadaannya yang terlihat jelas baik dari arah timur maupun barat menjadikan gunung ini sebagai penanda alam yang kuat. Pada zaman dahulu, gunung ini dikenal dengan nama Gunung Gede. Seiring berjalannya waktu, masyarakat sekitar lebih sering menyebutnya sebagai Gunung Geulis.

Tampomas, yang berada di koordinat 6.77°LS dan 107.95°BT, merupakan bagian dari jajaran gunung berapi di Jawa Barat. Puncaknya mencapai ketinggian 1684 meter di atas permukaan laut (mdpl), dengan sumber mata air panas yang terdapat di kaki gunungnya. Gunung ini berada dalam kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tampomas, yang kaya akan flora dan fauna, membuatnya menjadi daya tarik bagi wisatawan dan pendaki.

Gunung Tampomas sering menjadi tujuan para mahasiswa dan masyarakat umum untuk mendaki, karena dari puncaknya, pengunjung bisa menikmati pemandangan indah Kota Sumedang dan wilayah Bandung. Selain itu, gunung ini juga menjadi lokasi untuk mencari kekuatan batin bagi sebagian orang. Salah satu lokasi keramat di puncaknya adalah Makam Pasarean yang sering didatangi peziarah. Hingga kini, belum ada cerita pasti tentang siapa yang dimakamkan di sana, meskipun banyak yang percaya itu adalah petilasan Prabu Siliwangi dan Dalam Samaji dari Kerajaan Pajajaran Lama.

Salah satu legenda yang terkenal di sekitar Gunung Tampomas adalah kisah Prabu Sokawayana, putra dari Prabu Guru Haji Adji Putih dan adik Prabu Tadjimalela. Ia disebut sebagai orang pertama yang menginjakkan kaki di gunung tersebut. Di sana, ia mendirikan Medang Kahiyangan, sebuah tempat untuk menyepi atau bersemadi.

Selain itu, ada pula cerita tentang letusan Gunung Gede (nama lama Gunung Tampomas) di masa lampau. Suatu ketika, gunung tersebut menunjukkan tanda-tanda akan meletus, ditandai dengan suara gemuruh dan kepulan asap dari kawahnya. Masyarakat sekitar yang diliputi rasa takut, meminta pertolongan kepada pemimpin mereka, yang saat itu adalah seorang pangeran. Pangeran tersebut bermeditasi dan mendapatkan petunjuk dalam mimpinya: ia harus melemparkan senjata pusaka emas ke dalam kawah gunung untuk menghentikan letusan.

Dengan keyakinan akan petunjuk tersebut, sang pangeran pergi menuju puncak Gunung Tampomas bersama beberapa warga. Sesampainya di kawah, ia melemparkan pusaka emasnya ke dalam kawah. Sejak saat itu, gunung tersebut tidak lagi mengeluarkan suara gemuruh dan tetap tenang hingga sekarang. Nama "Tampomas" pun kemudian dimaknai sebagai gunung yang tidak akan meletus selama tanpa pusaka emas.

Demikianlah legenda Gunung Tampomas, yang hingga kini masih dipercaya oleh banyak orang dan menjadi bagian dari cerita rakyat Jawa Barat yang terus hidup dalam ingatan masyarakat.

 

 

 

 

Sumber: Dari berbagai sumber 


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka