Posisi Penting Garut di Priangan Timur Pada Tahun 1900-an


Garut merupakan kabupaten yang sudah ada sejak tahun 1813, Garut sudah melewati banyak peristiwa. Julukan Swiss van Java yang dimiliki Garut ini lebih relevan untuk keadaan Garut di akhir tahun 1800-an hingga awal tahun 1900-an. Keadaan iklim Garut pada masa itu lebih baik daripada keadaan iklim di masa kini sehingga suhu di Garut lebih sejuk. Selain itu, pada tahun tersebut Garut meimiliki banyak hotel kelas internasional yang dipenuhi oleh turis-turis mancanegara.

Pada tahun 1900-an Garut memiliki posisi yang penting di Priangan Timur, Garut merupakan daerah yang memiliki aspek sosial dan pendidikan yang maju pada masa itu. Garut dikenal sebagai daerah. di Priangan Timur yang banyak melahirkan tokoh-tokoh hebat yang berpengaruh terhadap pembangunan Jawa Barat dan Indonesia. Seperti Arudji Kartawinatam yang merupakan Menteri Pertahanan Muda Indonesia yang menjabat pada tahun 1945-1950.

Garut juga banyak melahirkan tokoh intelektual yang memiliki sumbangsih besar terhadap dunia pendidikan di Indonesia, seperti Prof. K.H Anwar Musaddad yang menjadi pionir UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof. Dr. Achmad Sadali pendiri UNISBA dan Achmad Noeman arsitektur Masjid Salman ITB. Selain dikenal sebagai daerah yang melahirkan banyak tokoh-tokoh besar, Garut juga merupakan daerah tempat berkembangnya organisasi islam.

Garut menjadi tempat berkembangnya organisasi islam, seperti Sarekat Islam yang menjadikan Garut sebagai pusat SI di Jawa Barat. Bahkan organisasi besar seperti PERSIS yang berdiri dan tumbuh di Bandung lebih cepat berkembang di Garut. Adanya perkembangan organisasi agama dan banyaknya cendikiawan yang lahir di Garut ini menjadikan Garut sebagai daerah yang penting untuk Priangan Timur. Garut menjadi salah satu daerah di Priangan Timur yang pernah dijadikan markas perjuangan ketika perang mempertahankan kemerdekaan.

 

 

 

 

 

 

Sumber : Sopaat Rahma Selamet dan Setia Gumilar, “The Roles of Indigenous Entrepreneurs in Dealing with the Dutch Colonialism in Garut, West Java 1903-1942”, 2018


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka