Rumah Adat Sunda di Kampung Adat Kranggan: Keunikan Warisan Budaya di Tengah Modernisasi Kota Bekasi
Rumah adat Sunda di Kampung Adat Kranggan, Kota Bekasi, memiliki keunikan tersendiri di tengah modernisasi kota. Rumah ini berbentuk panggung dengan dinding kayu nangka, bukan kayu jati seperti yang umum ditemukan di rumah adat lain. Menurut Abah Namin, juru bicara Kasepuhan Adat Kranggan, penggunaan kayu nangka ini bukan hanya estetis, tetapi juga untuk ketahanan terhadap waktu. Rumah panggung juga berfungsi sebagai perlindungan dari serangan hewan liar pada zaman dulu.
Di depan rumah, terdapat bale atau teras yang didirikan setinggi sekitar 75 cm dari tanah. Namun, saat ini bagian bawah teras sudah diperkuat dengan beton dan keramik agar lebih kokoh. Rumah ini memiliki jendela dan pintu kayu dengan ukiran tradisional bergambar bunga dan hewan, seperti ikan dan harimau. Menariknya, tiga pintu depan memiliki fungsi yang berbeda; pintu kanan untuk akses mengambil padi, pintu tengah untuk sedekah, dan pintu kiri sebagai ruang sakral yang tidak boleh dibuka sembarangan.
Rumah adat ini juga memiliki area semi outdoor yang disebut paseban. Paseban merupakan tempat berkumpul warga, yang digunakan untuk musyawarah dan kegiatan sosial. Struktur paseban terbuat dari kayu kecapi, kayu nangka, dan bambu dengan atap genteng tanah liat, menciptakan suasana tradisional yang hangat. Saat acara atau kegiatan ritual, paseban menjadi area utama untuk mengumpulkan keluarga dan warga desa.
Di belakang rumah, terdapat dapur luas dengan beberapa tungku tradisional atau hawu yang masih digunakan saat ada acara besar. Dapur ini berbentuk semi outdoor serupa dengan paseban dan dilengkapi peralatan masak yang cukup untuk melayani banyak orang. Rumah adat Sunda di Kampung Adat Kranggan bukan hanya sebagai simbol warisan budaya, tetapi juga bukti kelestarian adat dan tradisi Sunda di tengah kehidupan perkotaan.
Ditulis oleh : Alya Zihan
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.