Seni Surak Ibra dan Maknanya


[Illustration : sampaijauh.com]

Surak ibra atau juga disebut sebagai boboyongan merupakan kesenian yang berasal dari Kabupaten Garut ini merupakan seni yang bersifat helaran. Di dalam kesenian ini terdapat banyak unsur-unsur seni seperti seni tari, seni musik dan seni rupa. Surak Ibra berkembang di Kampung Sindang Sari , Desa Cinunuk, Kecamatan Wanaraja.

Surak Ibra ini diciptakan oleh Raden Djajadiwangsa pada tahun 1910. Raden Djadjadiwangsa merupakan seorang kepala desa Sindang Sari yang menjabat di masa penjajahan ini menciptakan Surak Ibra sebagai usaha untuk melepaskan diri dari para penjajah.

Kesenian Surak Ibra ini diciptakan untuk membangkitkan semangat juang para warga desa dalam melawan para penjajah. Surak Ibra merupakan seni yang bermakna perlawanan dan memiliki simbol sebagai bentuk sindiran terhadap ketidaksetujuan warga desa pada tindakan kaum penjajah yang semena-mena terhadap rakyat desa Cinunuk.

Tujuan dari kesenian Surak Ibra ini adalah menanamkan motivasi perjuangan dan kemandirian agar masyarakat dapat memimpin dirinya sendiri (dapat menciptakan pemerintahannya sendiri) untuk mencapai tujuan dan cita-cita masyarakat desa Cinunuk yang ingin lepas dari belenggu penjajah.

Kesenian Surak Ibra juga bertujuan untuk menanamkan rasa persatuan dan kesatuan serta menumbuhkan semangat kebersamaan untuk mencapai kemerdekaan dan mendirikian pemerintah sendiri dan tidak lagi diperintah atau diatur oleh kaum penjajah.

Pada awalnya kesenian Surak Ibra ini disebut sebagai kesenian Boboyongan, kata boboyongan ini dilihat dari antraksi yang ditampilkan dalam kesenian ini yakni mengangkat seseorang atau memboyong sehingga kesenian ini disebut sebaga kesenian Boboyongan. Boboyongan mengandung arti ngaboyong atau mengangkat seseorang menjadi pemimpin.

Boboyongan juga memiliki arti bayangan atau bayang-bayang sehingga bila disimpulkan boboyongan ini merupakan suatu cara untuk mengangkat seseorang menjadi pemimpin yang dapat melepaskan belenggu para penjajah dan menegakkan kemerdekaan. Seni boboyongan ini kemudian berkembang dan pada tahun 1950 melakukan pergantian nama menjadi Surak Ibra.

Nama Surak Ibra ini diambil dari seseorang yang bernama Ibra. Ibra memiliki suara yang sangat lantang sehingga para pemain kesenian Surak Ibra ini mencetuskan ide baru yakni untuk saling bersahutan satu sama lain dan merespon suara Ibra yang lantang.

Dalam pertunjukkaannya para pemain mengeluar suara yang keras sehingga nama seni Boboyongan diubah menjadi Surak Ibra karena kesenian ini menganduk sorak suara yang keras. Sehingga Surak Ibra memiliki makna sebagai suara keras sebagai bentuk pemberian semangat kepada orang yang diangkat/diboyong pada saat pertunjukkan berlangsung.

 

Sumber : Rudi Sirojudin dalam Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya 


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka