Tradisi Nyalawena Tradisi Khas Masyarakat Pantai Selatan Garut


Nyalawena merupakan sebuah tradisi yang biasanya dilaksanakan oleh masyarakat di Pantai Selatan Garut terutama oleh masyarakat yang tinggal di daerah pantai Rancabuaya dan Pantai Cijayana. Nyalawena diambil dari kata salawe yang artinya dua puluh lima dalam Bahasa Sunda. Dua lima ini diambil dari pelaksanaan tradisi nyalawe yang biasa dilaksanakan pada tanggal dua puluh lima di bulan hijriah.

Tradisi nyalawe ini berkaitan dengan kebiasaan masyarakat Pantai Rancabuaya dan Cijayana yang suka mencari impun atau ikan kecil terutama ikan kecil yang merupakan anak ikan menga. Salawe ini berkaitan dengan siklus perkembangan ikan impun yang bisanya akan datang ke muara di tanggal 21 sampai 29 atau orang Garut menyebut dengan istilah lilikuran.

Ketika ikan impun datang ke muara maka saat itulah masyarakat pergi ke muara untuk menangkap ikan impun. Siklus ikan impun yang berenang ke muara ini terjadi sepanjang tahun dan puncaknya terjadi pada bulan pancaroba ketika perubahan musim hujan ke musim kemarau ataupun sebaliknya.

Ikan menga merupakan ikan yang hidup di sungai air tawar, ikan menga akan bertelur di sungai dan membiarkan telur ikannya hanyut terbawa arus air sungai sehingga telur ikan menga ini hanyu terbawa hingga ke tengah laut. Telur-telur ikan menga ini akan menetas di laut kemudian berenang kembali ke habitatnya di sungai air tawar.

Menurut keterangan warga sekitar tradisi nyalawena ini sudah ada sejak zaman dahulu dan diturunkan secara langsung oleh orangtua kepada anak-anaknya. Menurut Orangtua mereka tradisi nyalawena ini adalah sebuah berkah dari alam di mana manusia bisa menjadikan alam sebagai sumber kehidupan. Menurut masyarakat Pantai Cijayana dan Pantai Rancabuaya tradisi nyalawena ini dimulai ketika terdengar suara gemuruh dari samudera.

 

 

Sumber : Seputar Garut, Darpan dan Budi Suhardiman 


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka