Tradisi Nyaneut, Tradisi Minum Teh Warisan Sunda yang Terasa Asing


[Tradisi Festival Nyaneut tahun 2018 (Foto: Istimewa)]

Masyarakat  Jepang  memiliki tradisi khusus saat menikmati teh yang disebut “Sadou”, terdiri dari kata 'sa' berarti meminum teh dan 'dou' artinya jalan atau cara. Kata 'Sadou' bisa diartikan sebagai cara menyajikan atau menikmat teh, terdapat juga di Indonesia dengan tradisi serupa menikmati teh sebagai sumber relaksasi.

Di tanah Sunda, khususnya di Kota Garut, ada tradisi minum teh yang belum dikenal oleh masyarakat. Tradisi ini disebut “Nyaneut” menurut bahasa sunda “Nyaneut” atau “nyandeutkeun” berarti mendekatkan atau menghubungkan.

Tujuannya mendekatkan yang dekat dan yang jauh lebih dekat untuk bersilaturahmi. Tradisi minum teh biasanya dilakukan oleh masyarakat Garut di kaki Gunung Cikuray, khususnya di kawasan Cigedug, Garut, Jawa Barat.

Tradisi ini dilakukan untuk menghangatkan tubuh masyarakat sekitar kaki Gunung Cikuray. Biasanya masyarakat menggunakan Teh Kejek yang khas dari daerah Cigedug.

Jenis teh Kejek yang dimaksud adalah teh hijau khas Garut yang diolah dengan cara berbeda, biasanya teh dibuat menggunakan mesin listrik dan digiling, namun teh Kejek ini tetap diolah secara tradisional dengan cara di kejek atau di injak-injak. Teh tersebut mempunyai aroma yang khas sehingga disukai banyak orang.

Seiring berjalannya waktu tradisi ini mulai kurang diminati masyarakat karena kurangnya eksistensi di jaman sekarang. Padahal tradisi Nyaneut merupakan cara minum teh unik yang membawa banyak manfaat bagi kesehatan, bahkan mengandung banyak filosofi yang perlu kita ketahui.

Tradisi Nyaneut lebih nikmat disajikan dengan talas, kacang tanah, singkong goreng, pisang dan berbagai pangan lokal yang dikukus sebagai makanan pendamping. Menariknya makanan ini disajikan dengan sedikit gula merah yang digunakan sebagai pemanis teh atau disajikan dengan masakan local yang tadi dikukus.***


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka