Wujudkan Keluarga Sehat Bahagia, Kelompok 8 KKN Uniga Sosialisasikan Pangan Lokal Pencegah Stunting


Dalam rangka mewujudkan keluarga sehat bahagia, kelompok 8 KKN UNIGA Garut Mensosialisasikan pangan lokal pencegah stunting yang masuk kategori Superfood dan mudah di dapat. Berlangsung di Balai Desa Panyindangan, Desa Panyindangan, Kecamatan Cisompet Garut,  Selasa (8/8/2023), Sosialisasi ini dihadiri Kepala Desa, Babinsa, Perangkat desa, dan Warga Desa Panyindangan.

 

Dalam Acara tersebut, apt R Aldizal Mahendra Rizkio S M.Farm selaku pemateri menjelaskan salah satu cara melindungi kesehatan anak adalah dengan memberikan gizi seimbang memanfaatkan bahan-bahan lokal yang terjangkau. “Gizi seimbang dapat dicapai dengan memberikan jenis makanan yang lengkap dari mulai makanan pokok, lauk, sayur dan buah yang mengandung zat gizi tinggi dan sebetulnya ada di sekitar kita, ucap apt Radizal.

 

Kemudian ia menjelaskan juga tentang cara menjaga kesehatan tubuh dari pengaruh dalam, seperti penyakit akibat pola makan dan dari pengaruh luar seperti ancaman infeksi khususnya pernafasan. “Kunci dari mewujudkan hidup sehat bersama adalah menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan, menjaga keseimbangan asupan makanan, serta mengedukasi perempuan agar menjadi ibu ataupun calon ibu cerdas karena ibu adalah kunci dari kesehatan keluarga,” ujar dosen prodi profesi Apoteker Garut tersebut.

 

Selain itu, dalam penyuluhan juga diterangkan tentang salah satu cara melindungi kesehatan anak adalah dengan memberikan gizi seimbang dengan memanfaatkan bahan-bahan lokal yang terjangkau. “Gizi seimbang dapat dicapai dengan memberikan jenis makanan yang lengkap dari mulai makanan pokok, lauk, sayur dan buah yang mengandung zat gizi tinggi dan sebetulnya ada di sekitar kita.”

 

Radizal mencontohkan panganan tinggi zat gizi yang murah dan mudah didapat dari mulai singkong, tempe, bayam dan kelor yang menurutnya adalah makanan kategori superfood yang berlimpah di Indonesia. “Daun kelor kandungan zat besinya lebih dari 20 mg untuk setiap 100 gram porsi makan, artinya 5 kali lebih tinggi dibandingkan konsumsi tempe bahkan daging,” tambahnya.

 

Ditempat yang sama, materi workshop penyuluhan pembuatan penganan lokal bergizi tinggi ini dipandu dosen prodi yang sama, Framesti Frisma Sari Arumtias, M.Si. Ia menjelaskan ia mencontohkan pembuatan pangan tersebut seperti permen Gummies berbahan dasar wortel dan buah naga, kemudian steak dan katsu berbahan dasar tempe, serta minuman Matcha Latte berbahan dasar kelor. 

 

“Gummies ini adalah permen kenyal yang sering ada di pasaran. Rasanya enak dan teksturnya menarik untuk anak-anak. Ini kami buat dengan bahan dasar jus wortel yang memiliki kandungan vitamin berlimpah serta bahan tambahan dari agar ataupun gelatin. Begitu pula tempe dan daun kelor yang harganya murah ini dapat kita olah menjadi menu yang tampak mewah dan mahal serta tentunya akan lebih disukai anak-anak,” terang Framesti, dosen dengan bidang keahlian Teknologi Farmasi.

 

Lewat acara ini, peserta tampak antusias menyimak serta mencoba sajian kuliner sample. Beberapa peserta bahkan mengaku tidak pernah mencobanya hingga tertarik mengetahui resep dan cara membuatnya. “Rasanya seperti green tea yang sering ada di penjual minuman boba, tidak menyangka kalau ini dibuat dari daun kelor,” ujar salah seorang peserta.

 

Kemudian pada kegiatan ini juga terdapat sosialisasi Sekolah dagang yang diberikan oleh Fujianti Nurjannah, mahasiswi peserta KKN dari Fakultas Ilmu Komunikasi dan Informasi Uniga. Ia menjelaskan mengenai Strategi Pemasaran lewat Marketplace, cukup menyita perhatian peserta yang tampak antusias mengenal Marketplace.

 

Selain itu Rahmawati Subagyo Putri, mahasiswi peserta KKN dari Fakultas Ekonomi Uniga juga memberikan sosialisasi mengenai Metode Pembuatan Logo Produk UMKM menggunakan aplikasi Canva. Bahkan metode ini sudah dicoba pada beberapa produk lokal Desa Panyindangan seperti keripik talas yang tentunya menambah nilai jual.

 

Melalui kegiatan ini, diharapkan masyarakat dapat memperhatikan upaya menjaga kesehatan bersama serta lebih memahami tentang potensi dari bahan-bahan yang ada di sekitar desa. Karena bahan pangan yang bergizi tidak hanya ada di supermarket saja, tetapi dapat juga di sekitar kita yang masuk kategori Superfood.***


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka