3 Dongeng Sasakala Bahasa Sunda yang Mengisahkan Terciptanya Beberapa Tempat Wiisata di Jawa Barat
Dongeng sasakala merupakan bagian penting dari warisan budaya Bahasa Sunda yang sarat nilai moral, filosofi, dan sejarah lokal.
Dalam tradisi lisan masyarakat Sunda, sasakala berfungsi tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana pendidikan dan pelestarian identitas daerah. Melalui cerita-cerita ini, masyarakat Jawa Barat dapat memahami asal-usul tempat, gunung, dan danau yang kini menjadi tempat wisata terkenal di Jawa Barat.
Menariknya, banyak tempat wisata di wilayah Sunda memiliki latar cerita yang berakar pada dongeng sasakala. Kisah-kisah seperti Sangkuriang, Situ Bagendit, dan Lembur Sabadar bukan hanya legenda turun-temurun, melainkan juga simbol kedekatan masyarakat Sunda dengan alam dan nilai kehidupan yang dijunjung tinggi.
Berikut penjelasan tiga dongeng sasakala Bahasa Sunda yang paling dikenal dan kisah di balik terciptanya tempat-tempat indah di Jawa Barat.
Baca Juga: 5 Motif Batik Khas Jawa Barat dan Filosofi Dibaliknya
1. Sangkuriang, Asal Usul Gunung Tangkuban Parahu
Dongeng Sangkuriang adalah salah satu sasakala paling terkenal di Jawa Barat. Cerita ini berasal dari daerah Bandung dan menjadi legenda yang menjelaskan terbentuknya Gunung Tangkuban Parahu, salah satu destinasi wisata alam paling ikonik di Jawa Barat.
Menurut kisah yang dihimpun dari naskah kuno dan sumber budaya lokal seperti Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat dan Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Kemendikbud, Sangkuriang adalah seorang pemuda yang jatuh cinta pada ibunya sendiri, Dayang Sumbi. Setelah mengetahui kebenaran itu`, Dayang Sumbi menolak cinta Sangkuriang dan memberikan syarat mustahil dengan membuat danau dan perahu besar dalam semalam.
Sangkuriang hampir berhasil, tetapi gagal ketika ayam berkokok sebelum waktunya. Dalam amarahnya, ia menendang perahu yang belum selesai, dan perahu tersebut terbalik menjadi Gunung Tangkuban Parahu yang berarti perahu terbalik. Kini, Gunung Tangkuban Parahu menjadi tempat wisata alam yang ramai dikunjungi, sekaligus simbol dari kisah tragis cinta dan penyesalan dalam budaya Sunda.
2. Situ Bagendit, Legenda Nyai Endit dan Danau di Garut
Dongeng Situ Bagendit berasal dari Kabupaten Garut, Jawa Barat, dan mengisahkan terbentuknya sebuah danau yang sekarang dikenal dengan nama yang sama, Situ Bagendit. Kisah ini telah didokumentasikan oleh berbagai sumber kebudayaan seperti Kemdikbudristek dan Budaya Indonesia.
Dalam cerita, Nyai Endit adalah seorang perempuan kaya raya yang terkenal kikir dan sombong. Ia tidak mau membantu rakyat miskin di desanya, bahkan menolak memberi sedekah kepada seorang pengemis tua yang sebenarnya merupakan utusan Tuhan. Karena keserakahannya, desa tempat Nyai Endit tinggal ditenggelamkan oleh air, dan hanya perahu serta rumahnya yang tersisa di tengah genangan air yang kemudian dikenal sebagai Situ Bagendit.
Kini, Situ Bagendit menjadi tempat wisata air di Garut yang populer, menawarkan pemandangan danau tenang dengan latar gunung hijau serta nilai historis dari pesan moral dalam sasakala ini bahwa keserakahan dan kesombongan akan membawa kehancuran.
3. Lembur Sabadar, Kisah Desa yang Hilang karena Janji yang Dilanggar
Dongeng Lembur Sabadar mungkin tidak seterkenal Sangkuriang atau Situ Bagendit, tetapi kisah ini menyimpan pesan mendalam tentang kesetiaan dan akibat dari mengingkari janji. Cerita ini berasal dari daerah Sumedang, Jawa Barat, dan ditelusuri dalam catatan tradisi lisan masyarakat Sunda yang dikompilasi oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat.
Dikisahkan bahwa dahulu ada seorang pemuda bernama Sabadar yang hidup di sebuah lembur berupa desa kecil. Ia berjanji kepada penduduk dan leluhurnya untuk menjaga keharmonisan antara manusia dan alam.
Namun, ketika desa mulai makmur, penduduk melupakan janji itu dan terus menebang hutan sembarangan dan tidak lagi mengadakan ritual syukuran untuk bumi. Akibatnya, bencana besar melanda dan desa tersebut hilang ditelan bumi. Lokasi itu kini dipercaya menjadi kawasan perbukitan hijau di Sumedang yang disebut warga sekitar sebagai Lembur Sabadar.
Cerita ini mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan alam dan memegang teguh janji, nilai yang masih dijunjung tinggi dalam falsafah hidup masyarakat Sunda hingga kini.
Tiga dongeng sasakala Bahasa Sunda di atas menggambarkan bagaimana budaya lisan dapat menjelaskan asal-usul tempat wisata di Jawa Barat dengan cara yang sarat makna moral dan nilai kehidupan. Setiap kisah memiliki pesan universal: bahwa hubungan antara manusia dan alam harus dijaga dengan kejujuran, tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap ciptaan Tuhan.
Melalui pelestarian dongeng sasakala, generasi muda dapat belajar mencintai budaya lokal sekaligus menumbuhkan rasa bangga terhadap keindahan alam dan warisan sejarah Jawa Barat.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.