Benarkah Pohon Sawit Bisa Jadi Resapan Air?
Isu pohon sawit dan resapan air mencuat karena penelitian menunjukkan sawit melemahkan daya serap tanah dan tidak mampu menggantikan fungsi hutan alami.
Isu mengenai pohon sawit dan resapan air menjadi penting untuk diperbincangkan karena masyarakat semakin merasakan perubahan kondisi lingkungan. Penurunan daya serap tanah di kawasan sawit kerap kali disebut sebagai penyebab meningkatnya banjir dan kekeringan.
Baca juga: Memahami Status Darurat Bencana dan Status Darurat Bencana Nasional
Sawit Bukan Hutan
Perbedaan pohon sawit dan resapan air dengan ekosistem hutan tampak jelas dari struktur ekosistem yang tidak seragam. Melansir dari National Geographic Indonesia, Wong Ee Lynn menyampaikan bahwa lahan sawit adalah monokultur sehingga tidak memenuhi keanekaragaman hayati hutan.
Hutan memiliki organisme hidup beragam yang menjaga tanah tetap sehat serta mampu menyerap air secara natural. Sementara itu, perkebunan sawit memerlukan banyak bahan kimia karena tidak mampu meniru keseimbangan alam, sehingga kualitas tanah dan daya serap air menurun.
Dampak Tanah dan Air
Keterkaitan pohon sawit dan resapan air semakin terlihat ketika pembukaan lahan mengakibatkan hilangnya tanaman penutup tanah. Berdasarkan penjelasan yang disampaikan Lynn, kondisi ini membuat tanah rentan erosi dan kehilangan kemampuan menyimpan air secara optimal, terutama saat curah hujan tinggi.
Perkebunan sawit juga dikenal sangat boros air karena memerlukan suplai besar dari sungai, danau, atau sumber air alami lainnya. Berbeda dengan hutan yang memiliki peran sebagai penyaring air, kawasan sawit justru dapat menguras pasokan air hingga meningkatkan kerentanandi wilayah sekitar.
Pemicu Banjir Sumatera
Fenomena pohon sawit dan resapan air menjadi perhatian setelah banjir besar di Sumatera. Mengutip dari Kompas.com, WALHI Sumut menerangkan bahwa deforestasi di ekosistem Batang Toru berakibat pada melemahnya daya serap tanah sehingga air hujan cepat menjadi luapan.
Industri perkebunan dan tambang disebut sebagai penyumbang terbesar hilangnya tutupan hutan. Ketika lahan terbuka semakin luas, kemampuan tanah dalam menyimpan air menurun drastis, sehingga kondisi ini dapat memperparah banjir di berbagai wilayah Sumatera.
Baca juga: Korban Jiwa Banjir Dan Longsor Sumatera Capai 442 Orang, Bantuan Kemanusiaan Mendesak!
Nah Warginet, dengan meninjau fakta hubungan antara pohon sawit dan resapan air, jelas bahwa sawit tidak mampu menggantikan fungsi hutan dalam menjaga siklus air. Penting bagi kita untuk mengerti perbedaannya agar tidak keliru dalam menilai dampak ekologisnya ke depan.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.