Adat Pertanian di Priangan


Di Priangan dan wilayah Sunda lainnya, pertanian bukan hanya aktivitas ekonomi, tetapi juga merupakan bagian integral dari kehidupan dan budaya masyarakat. Tradisi pertanian di sini menggabungkan pengetahuan praktis dengan kepercayaan spiritual yang mendalam. 

 

Pertanian di Priangan sangat erat dengan kepercayaan terhadap makhluk gaib dan kekuatan alam. Masyarakat setempat menunjukkan rasa syukur dan penghormatan kepada elemen-elemen alam yang dianggap memiliki kekuatan sakti, seperti pohon besar, sumber air, batu yang belum terganggu, dan makam-makam kuno. Ritual-ritual seperti sedekah atau selamatan diadakan untuk meminta perlindungan dan keberkahan dari kekuatan gaib dan leluhur.

 

Dalam praktik pertanian sehari-hari, pembagian tugas antara laki-laki dan perempuan sangat jelas. Laki-laki biasanya melakukan pekerjaan berat seperti mencangkul, membersihkan rumput, dan mengikat padi, sementara perempuan terlibat dalam penanaman, perawatan tanaman, dan pemanenan. Meskipun pertanian di Priangan tidak bertujuan utama untuk keuntungan finansial, masyarakat menganggapnya sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan mendapatkan kecukupan makanan.

 

Pada awal musim tanam, masyarakat mengadakan upacara selamatan sebagai bentuk permohonan keselamatan dan keberhasilan. Upacara ini melibatkan doa kepada leluhur dan makhluk gaib serta membuat nasi tumpeng yang diisi waluh, yang menurut kepercayaan berasal dari gigi Nabi Sulaeman. 

 

Selain itu, para petani juga berkunjung ke tempat-tempat keramat atau makam-makam tokoh pertanian yang dianggap memiliki kekuatan spiritual untuk mendapatkan petunjuk atau tanda-tanda mengenai hasil pertanian mereka. Keberhasilan dan tanda-tanda dari alam, seperti berat atau ringannya batu yang diangkat, dianggap sebagai indikasi dari hasil pertanian yang akan diperoleh.


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka

  • Oleh zahra nisrina shaumi
  • 09, Sep 2024
Gembyung Tradisi Musik Perkusi Sunda yang Menggema