Apa Jadinya Jika Bahasa Daerah Kita Menghilang?
Indonesia menjadi salah satu negara dengan keanekaragaman linguistik terbesar di dunia, yang bahkan terdapat sekitar 718 bahasa daerah yang tersebar di nusantara. Namun, banyak di antaranya kini berada di ambang kepunahan. Akibatnya, bukan hanya kata-kata yang hilang, melainkan juga identitas, pengetahuan, dan warisan budaya tak ternilai.
Jadi sebetulnya, apa dampak jika bahasa daerah kita menghilang?
-
Hilangnya Identitas Budaya & Tradisi Lokal
Saat satu bahasa punah, selembar sejarah juga terkikis. Lagu-lagu, mitos leluhur, resep tradisional, ritual adat, dan ungkapan unik yang hanya bisa dipahami dalam bahasa tersebut akan turut lenyap . Bahasa bukan sekadar alat komunikasi, melainkan sarana penyalur nilai dan identitas komunitas.
-
Runtuhnya Kohesi Sosial & Kultural
Bahasa daerah membentuk ikatan komunitas. Tanpa bahasa, ikatan tersebut melemah, memberi ruang interaksi homogen yang lebih luas, namun mengikis ikatan lokal, solidaritas, dan kohesi sosial .
-
Hilangnya Pengetahuan Lokal
Bahasa daerah menyimpan pengetahuan tradisional, misalnya dalam bidang obat herbal, praktik pertanian, adaptasi terhadap bencana, serta ekologi lokal . Saat punah, harta intelektual yang unik dan sangat lokal bisa hilang selamanya.
Baca Juga: Indoneisa Urutan Ke- 2! Ini Negara dengan Keragaman Bahasa Terbanyak di Dunia
-
Dampak Psikologis & Kesehatan
Studi global menunjukkan adanya korelasi antara kepunahan bahasa dan peningkatan permasalahan kesehatan mental di komunitas asli. Dalam budaya masyarakat adat, bahasa merepresentasikan harga diri dan hubungan kolektif, tanpanya, muncul risiko munculnya alienasi dan krisis identitas.
-
Mengakibatkan Kepunahan Bahasa Lainnya
Kepunahan satu bahasa cenderung mendorong fenomena “language shift”komunitas beralih ke bahasa yang lebih dominan seperti Bahasa Indonesia atau Inggris . Data UNESCO menunjukkan ribuan bahasa asli dunia kini terancam hilang, termasuk banyak bahasa di Papua, Sulawesi, dan Maluku.
-
Upaya Revitalisasi, Harapan yang Nyata
Program seperti Revitalisasi Bahasa Daerah oleh Kemendikbud dan inisiatif lokal seperti BASAbali (untuk bahasa Bali) serta pengajaran bahasa Ponosakan di Sulawesi Utara menunjukkan hasil positif. Mulai dari digitalisasi kosakata, pendidikan bilingual, hingga peran aktif komunitas muda.
-
Peran Teknologi & Komunitas
Revolusi digital dan teknologi AI membuka peluang baru. Pengembangan machine translation dan platform edukasi lokal dapat membantu melestarikan bahasa minoritas . Namun, hanya kolaborasi antar pemerintah, akademisi, dan komunitas lokal yang bisa menjadikan pelestarian ini jangka panjang.
-
Bahasa daerah = pemasok identitas + pengetahuan lokal
-
Kehilangannya menimbulkan krisis sosial-kultural dan intelektual
-
Revitalisasi membutuhkan edukasi, kebijakan, teknologi, dan partisipasi aktif masyarakat
Sebetulnya, Apa yang Bisa Kita Lakukan?
-
Belajar dan gunakan bahasa daerah di rumah, sekolah, dan komunitas
-
Dukung kebijakan pemerintah yang memuat pengajaran lokal
-
Berdayakan komunitas untuk mendokumentasikan dan merevitalisasi bahasa
-
Manfaatkan teknologi: Aplikasi, platform digital, media sosial untuk mempromosikan bahasa daerah
Melindungi bahasa daerah tak hanya berarti menyelamatkan kata-kata, tetapi juga menjaga jati diri dan kelangsungan budaya Nusantara. Jika bahasa daerah kita lenyap, runtuhlah sebagian warisan tak ternilai yang diwariskan leluhur kepada generasi penerus.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.