UNESCO: Setiap Dua Minggu Satu Bahasa Daerah Punah, Bagaimana dengan Bahasa Sunda?
Setiap dua minggu, satu bahasa daerah di dunia mengalami kepunahan karena tidak lagi memiliki penutur aktif. Fenomena ini tercatat dalam data yang diperoleh dari survei yang dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
Menurut UNESCO, di seluruh dunia terdapat sekitar 7.600 bahasa daerah, dan setiap dua minggu satu bahasa hilang atau punah akibat tidak adanya lagi penutur yang dapat mempertahankan penggunaannya. Hal ini menunjukkan betapa cepatnya laju kepunahan bahasa daerah yang terjadi di berbagai belahan dunia, yang berhubungan dengan perubahan sosial, budaya, dan teknologi.
Di Indonesia, yang memiliki 718 bahasa daerah, juga mengalami tantangan yang serupa. Berdasarkan data tahun 2019, terdapat 11 bahasa daerah yang sudah punah. Sementara itu, pada tahun 2021, sebanyak 24 bahasa daerah dilaporkan mengalami penurunan jumlah penuturnya. Kemunduran ini banyak terjadi di wilayah Indonesia Timur, Tengah, dan Barat, yang meskipun memiliki banyak bahasa daerah, kini menghadapi ancaman serius terhadap kelestarian bahasa-bahasa tersebut.
Namun, meskipun terdapat penurunan penutur di beberapa wilayah, Indonesia bagian Tengah dan Barat masih memiliki banyak penutur bahasa daerah yang relatif besar. Sebagai contoh, Bahasa Jawa yang memiliki sekitar 70 juta penutur, dan Bahasa Sunda yang memiliki sekitar 40 juta penutur, tetap mempertahankan penggunaannya di kalangan masyarakat.
Terkhusus mengenai Bahasa Sunda, menurut data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS), antara tahun 2010 hingga 2020, Bahasa Sunda mengalami penurunan penutur yang signifikan.
Selama periode 10 tahun tersebut, jumlah penutur Bahasa Sunda berkurang sekitar 2 juta orang. Penurunan ini menggambarkan tantangan besar dalam menjaga eksistensi bahasa tersebut, terutama dengan semakin dominannya penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama di berbagai sektor kehidupan.
Untuk melestarikan bahasa-bahasa daerah seperti Bahasa Sunda, pemerintah Indonesia melalui berbagai lembaga, termasuk Badan Bahasa, telah meluncurkan berbagai program revitalisasi bahasa daerah.
Program-program ini bertujuan untuk memperkenalkan kembali bahasa daerah kepada generasi muda dan memastikan bahasa-bahasa tersebut tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang di masa depan. Program-program tersebut mencakup pelatihan guru, penyusunan bahan ajar, dan berbagai kegiatan yang mendorong penggunaan bahasa daerah di sekolah-sekolah dan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, kelangsungan bahasa daerah sangat bergantung pada komitmen masyarakat untuk terus menggunakannya dalam percakapan sehari-hari, serta peran pemerintah dalam menciptakan kebijakan yang mendukung pelestarian bahasa. Tanpa upaya bersama, bahasa daerah yang kaya akan nilai sejarah dan budaya ini berisiko punah, meninggalkan warisan yang tak dapat tergantikan.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.