Beranda Bajidoran, Ekspresi Perayaan Masyarakat Sunda Agraris dalam Balutan Tarian
ADVERTISEMENT

Bajidoran, Ekspresi Perayaan Masyarakat Sunda Agraris dalam Balutan Tarian

15 jam yang lalu - waktu baca 2 menit
Bajidoran, Ekspresi Perayaan Masyarakat Sunda Agraris dalam Balutan Tarian. (Source: Instagram/@ccnshoot.id)

Tradisi bajidoran, sebagai bentuk ritual syukuran dalam bentuk hajat bumi atas hasil panen dan upacara adat yang biasanya dilakukan oleh masyarakat daerah Pantura.

Bajidoran merupakan salah satu tradisi Sunda yang tumbuh di lingkungan masyarakat agraris Sunda, terlebih di daerah Subang, Karawang, dan Bandung, sebagai kawasan pantai utara Jawa Barat (Pantura).

Pertunjukan ini kerap kali dihadirkan dalam ritual syukuran produk pertanian seperti hajat bumi, panen, musim hujan, maupun upacara adat seperti kelahiran, khitanan, atau pernikahan.

Musiknya merupakan perpaduan alat gamelan tradisional, berupa laras salendro, kendang, goong, saron, rebab, kacapi, dan lainnya. Pada perayaan tradisi ini juga sering menampilkan sinden atau penari ronggeng yang atraktif. 

Baca Juga: Ragam Baju Adat Sunda yang Menjadi Simbol Budaya dan Kearifan Lokal

Struktur pertunjukannya khas, diawali dengan musik tatalu, diikuti oleh kembang gadung yang sarat makna dan dianggap sangat sakral, sebagai penghormatan kepada leluhur dan manifestasi spiritual agraris lokal.

Kata bajidor ditujukan kepada penonton yang turut serta memeriahkan acara hajat bumi tersebut secara aktif. Tidak sedikit dari mereka yang merekomendasikan lagu yang ingin didengarnya, sekaligus menari dan sembari memberikan saweran kepada para sinden. Hal itu dilakukan sebagai bentuk kontribusi yang diberikan mereka dan menjadi momen yang paling dinanti-nanti, serta menjadi daya tariknya tersendiri.

Interaksi yang dilakukan itu dapat membentuk ciri khas dinamika antara sinden atau si penampil dan masyarakat peserta selaku bajidor, di mana saweran bukan sekadar ekonomi, melainkan juga simbol status, pengakuan, atau aspek sosial-emosional lainnya.

Awal mula bajidoran adalah evolusi dari kesenian kliningan, jenis seni karawitan Sunda yang tenang dengan instrumen seperti saron panjang dan kacapi. Setelah itu, kemudian berkembang menjadi bajidoran dengan tempo lebih cepat, tarian yang atraktif, serta unsur dangdut dan modern. 

Baca Juga: Melestarikan Budaya: Ini Kesenian Khas Garut yang Masih Eksis Hingga Saat Ini!

Pada tahun 1980–1990-an, tradisi bajidoran ini semakin berkembang oleh Maestro Gugum Gumbira menjadi lebih modern.

Sebagai ekspresi budaya agraris, bajidoran mencerminkan rasa syukur, harapan, dan kekuatan komunitas petani Sunda. Ini juga menjadi media komunikasi nilai sosial dan spiritual antara pelaku dan penonton, sekaligus sarana hiburan yang memperkuat solidaritas desa. 

Penyusunan sesaji dan persiapan simbolis sebelum tampil seperti pisang, kelapa muda, dan pohon tebu di panggung menegaskan kedalaman ritual dan penghormatan terhadap alam dan leluhur.

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.