Mengenal Pangeran Madris Keturunan Bangsawan Cirebon
Pangeran Madris memiliki nama aslinya yaitu Sadewa Alibasa Koesoema Widajayaningrat. Ia mengaku dari keturunan bangsawan dari Kraton Gebang Cirebon.
Pangeran Madris bukan seorang yang berlatar belakang pendidikan tinggi. Ia hanya seorang warga biasa yang tinggal di jalan utama kampung Cigugur, sekitar 8 pal dari Kuningan, Jawa Barat.
Ia putra Pangeran Alibasah dari Gebang, Cirebon, dan masih keturunan ke-7 dari Pangeran Soetadjaja. Dia menyebut dirinya MDR Martokusuma.
Selain diangap sebagai pangeran, ia juga banyak dijuluki sebagai kyai. Ia bukan tokoh agama formal, selain itu banyak diambil dari pengalaman hidup, pengamatan alam, dan falsafah tradisional.
Ajarannya sering disebut Ajaran Madrais, yang sangat dekat dengan alam. Seperti ia menekan unsur-unsur alam seperti api, angin, dan bumi sebagai bagian penting dalam kehidupan manusia.
Baca juga; Perjuangan Mochtar Kusumaatmadja Dibalik UNCLOS 1982
Seperti salah satu petuahnya, tentang api yang mengatakan.
“Segala sesuatu bisa diciptakan oleh api. Besi yang paling keras menjadi sangat lunak di dalam api sehingga dapat diukir gambar-gambar, dan sebagainya,” ucap Madris dikutip dari historia.id.
Ajaran Madrais tersebut disebut sebagai ajaran baru Budha-Jawa. Agama Budha sudah masuk ke Jawa lebih dari 1500 tahun sebelumnya. Dalam rentang waktu panjang itu, adapasi dengan lingkungan sekitar yang kemudian melahirkan improvisasi dan modifikasi hampir pasti dilakukan para penganutnya.
Madrais menyebarkan doktrin baru di Jawa Barat. Pengaruh ajarannya perlahan keluar dari Cigugur, sampai Tasikmalaya, Ciamis, Garut, Cikampek, bahkan Karawang. Bahkan Pada 1927, ajaran Madrais di Bandung sudah punya 180 pengikut.
Banyak sekali ajaran Madris yang berbeda dengan agama Islam. Seperti seseorang yang sudah meninggal boleh dikuburkan dengan pakaian sehari-harinya. Lalu, jika dalam Islam penghulu penting perannya dalam ikatan perkawinan, karnea ia menganggap hubungan antara laki-laki dan perempuan tidak bisa dikendalikan penghulu.
Ajaran Madrais sebagai sebuah sekte yang ajarannya campuran dari agama-agama yang telah ada di lingkungan sekitar, termasuk Islam.
Baca juga: Manusia Silver: Seni Jalanan atau Masalah Sosial?
“Ajaran baru itu sendiri cukup tidak berbahaya dan mengandung campuran tradisi-ritual (agama, red.) Muhammad, agama Cina, dan Kristen,” tulis Algemeen Handelsblad.
Pada tahun 1903 Madris pernah di sidang atas dugaan nabi palsu. Namun ada seseorang yang menyebut bahwa Madrais tak punya waktu menyebarkan ajaran agamanya, dia lebih sibuk melayani tamu-tamu yang datang ke rumahnya minta ilmu kebal. Pada 1914, Mandrais ditahan di Tasikmalaya atas tuduhan mendirikan agama baru.
Namun dengan kontroversi yang ada, ajaran Madris sampai saat ini masih terus bertahan. Djatikusumah sebagai salah satu cucu Madrais menjadi salah satu pewaris terpenting yang terus menjalankan ajaran Madrais yang kini dikenal sebagai Agama Jawa Sunda.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.