Bakso Aci: Simbol Kreativitas dan Perlawanan dari Masa Penjajahan hingga Era Modern


Baso aci merupakan makanan khas dari Garut, Jawa Barat, baso aci ini telah menjadi favorit banyak orang. Tidak hanya menjadi hidangan yang enak, baso aci juga mencerminkan kreativitas dan ketahanan masyarakat Sunda saat masa sulit di bawah penjajahan Belanda. 

Asal-usul Bakso Aci

Dilansir dari Liputan 6, bakso aci pertama kali muncul di daerah Priangan, khususnya Garut, Tasikmalaya, dan Bandung pada abad ke-19. Pada masa itu, masyarakat Sunda menghadapi tekanan ekonomi dan sosial akibat penjajahan Belanda. Bakso aci awalnya dikenal sebagai cilok, yaitu aci (tepung tapioka) yang diisi dengan daging cincang. Menurut Bobby Firdaus menyebutkan bahwa orang Belanda bingung dengan cara menyajikan cilok karena tidak ada lubang di tengahnya untuk menambahkan topping. Meskipun dianggap sepele oleh orang Belanda, masyarakat Sunda terus menyajikan cilok sebagai alternatif makanan berat, baik sebagai lauk pauk maupun sebagai hidangan utama.

Transformasi Modern Bakso Aci

Memasuki era 2000-an, bakso aci mengalami perubahan yang signifikan. Banyak pedagang mulai menjual bakso aci dengan berbagai variasi topping, seperti abon, sinti (kerupuk kulit), daging cincang, tulang lunak, dan mercon (cabai rawit yang dihaluskan). Variasi ini membuat bakso aci semakin populer di berbagai kalangan masyarakat.

Tri Priyanto mencatat bahwa peningkatan popularitas bakso aci juga didorong oleh peran media sosial dan promosi dari mulut ke mulut. Informasi mengenai kelezatan bakso aci tersebar luas melalui media sosial, menarik minat banyak orang untuk mencicipinya.

 

 

 

Sumber : Kongkrit.com


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka