Belajar dari Sikka, NTT: Mencegah Keracunan Program Makanan Gratis dengan Tim Reaksi Cepat
Kasus dugaan keracunan makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menimpa ratusan siswa di Garut menjadi perhatian serius. Di tengah kasus ini, langkah proaktif yang diambil oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), bisa menjadi contoh penting.
Untuk mencegah insiden serupa, Dinas Kesehatan Sikka membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) yang siaga selama 24 jam. Tim ini bertugas menangani segala masalah kesehatan yang mungkin timbul akibat program MBG.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Sikka, Petrus Herlemus, menjelaskan bahwa langkah ini diambil untuk memastikan keamanan dan kelayakan makanan, serta mencegah kasus keracunan yang bisa membahayakan anak-anak.
"Kita harus mengantisipasi hal ini sejak dini agar tidak terjadi di Sikka. Anak-anak harus bisa mengonsumsi makanan yang aman dan sehat sehingga pemenuhan gizi bisa tercapai," ujar Herlemus, seperti dikutip dari Media Indonesia.
Baca Juga: Korban Dugaan Keracunan MBG di Garut Bertambah Jadi 657 Siswa
Inovasi Cegah Keracunan: Google Form dan Call Center
Sikka tidak hanya membentuk tim, tetapi juga mengadopsi pendekatan inovatif. Tim kesehatan mereka membuat aplikasi Google Form yang disebarkan ke setiap sekolah penerima manfaat.
Formulir ini memungkinkan sekolah memberikan penilaian harian terhadap kualitas makanan. Jika ada kendala, laporan bisa segera masuk untuk dievaluasi bersama Satuan Pelaksana Program Gizi (SPPG).
Selain itu, Sikka juga menyediakan layanan call center melalui WhatsApp. Adanya jalur komunikasi langsung ini memungkinkan laporan masalah bisa ditangani dengan cepat. "Kalau ada kendala, bisa langsung diadukan, sehingga satgas bisa segera bertindak," tambah Herlemus.
Langkah-langkah ini patut dicontoh. Di Garut, di mana kasus keracunan telah terjadi, penerapan sistem serupa bisa sangat membantu. Dengan adanya laporan cepat dan sistem pemantauan yang terstruktur, potensi masalah bisa segera terdeteksi sebelum jumlah korban bertambah.
Fokus pada Kualitas dan Higienitas
Herlemus menegaskan, Dinas Kesehatan Sikka tidak hanya berfokus pada penanganan darurat, tetapi juga pada pencegahan. Mereka rutin melakukan investigasi dan mengambil sampel makanan untuk diuji di laboratorium, bahkan memanggil pemilik dapur gizi untuk memberikan arahan tentang pengolahan makanan yang lebih aman, seperti menghindari penggunaan santan dan minyak berlebihan.
Lebih lanjut, Dinkes Sikka juga memberikan pelatihan kepada pemilik dapur dan para penjamah makanan untuk memastikan kehigienisan. Bahkan, kondisi kesehatan para pekerja di dapur juga diperiksa secara berkala, dan mereka yang memiliki riwayat penyakit menular akan dialihkan ke bagian lain.
Tindakan preventif dan pengawasan ketat seperti ini dapat menjadi model bagi Garut untuk memastikan bahwa program makan bergizi benar-benar aman dan bermanfaat bagi siswa, bukan sebaliknya.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.