ADVERTISEMENT
Beranda Citizen Journalism Bak Pedang Bermata Dua

Citizen Journalism Bak Pedang Bermata Dua

22 jam yang lalu - waktu baca 2 menit

Di tengah hiruk pikuk informasi digital, citizen journalism atau biasa disebut jurnalisme warga kian tak terhindarkan. Berkat smartphone dan internet, siapa pun kini bisa jadi pewarta, merekam dan menyebarkan peristiwa. Fenomena ini muncul sebagai respons terhadap dominasi media mainstream, membuka ruang bagi masyarakat untuk bersuara dan mengutarakan pandangan mereka.

Citizen journalism sendiri memiliki prinsip yaitu kebebasan dalam berekspresi dan hak atas informasi. Mulai dari proses pemberitaan, memungkinkan perspektif lokal dan isu-isu yang mungkin terlewatkan oleh media konvensional untuk muncul ke permukaan. Misalnya, saat terjadi bencana alam, warga di lokasi kejadian seringkali menjadi sumber informasi pertama dan tercepat, mendokumentasikan dampak dan proses evakuasi secara langsung.

Untuk negara-negara yang kebebasan pers nya terbatas, citizen journalism berperan sebagai kontrol sosial yang efektif, salah satunya bisa menjadi celah bagi masyarakat untuk menyuarakan ketidakadilan, korupsi, atau pelanggaran hak asasi manusia. Rekaman video amatir tentang tindakan aparat seringkali menjadi bukti krusial yang bisa memicu investigasi dan perubahan. Ini membuktikan bahwa kekuatan kamera dan internet di tangan warga biasa bisa menjadi alat yang sangat ampuh dan dapat dipertanggungjawabkan.

Namun, melihat di balik kekuatan yang membebaskan itu, citizen journalism juga memiliki tantangan yang besar, yaitu potensi banjir hoaks dan disinformasi. Tanpa standar etika jurnalistik, verifikasi fakta yang ketat, informasi yang disebarkan oleh citizen journalism rentan sekali terkontaminasi. Berita palsu, rumor yang tidak berdasar, atau opini yang disajikan sebagai fakta bisa menyebar dengan kecepatan yang luar biasa, memicu kepanikan, perpecahan, bahkan kekerasan.

Jadi, apakah hasil berita dari citizen journalism bisa dipercaya seutuhnya? Nyatanya saat ini kasus berita hoaks yang disebarkan oleh citizen journalism sudah tidak bisa terhitung jari. Banyak citizen journalism yang memilih untuk beradu kecepatan dalam menyebarkan berita dengan mengabaikan kebenaran dan keakuratan dari suatu peristiwa yang ada.

Apa yang harus di lakukan untuk memaksimalkan potensi citizen journalism sekaligus meminimalkan risikonya. Bagi para citizen journalism, diperlukan kesadaran kolektif antara literasi digital dan kritis adalah kunci utama. Sebelum menyebarkan informasi, penting untuk memverifikasi sumber, akurasi dan relevansinya.

Citizen journalism adalah pedang bermata dua. Tanpa kehati-hatian dan tanggung jawab, ia juga bisa menjadi medium yang efektif bagi penyebaran hoaks yang merusak. Membangun budaya literasi digital yang kuat dan mendorong praktik jurnalisme warga yang bertanggung jawab adalah investasi krusial demi menjaga integritas informasi di tangan rakyat. Hanya dengan begitu, suara rakyat bisa terus menggema tanpa terkubur oleh banjir hoaks.***

 

 

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.