Beranda Duh! Warga Jabar Tertinggi Penikmat Minuman Manis
ADVERTISEMENT

Duh! Warga Jabar Tertinggi Penikmat Minuman Manis

6 jam yang lalu - waktu baca 2 menit
Duh! Warga Jabar Tertinggi Penikmat Minuman Manis. (Source: Freepik/@wirestock)

Disebutkan bahwa warga Jabar menjadi provinsi dengan tingkat konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) tertinggi di tanah air. 

Minuman manis yang biasa kita temukan dari es teh tawar yang ditambahkan gula, minuman kemasan, hingga kopi instan dengan rasa manis yang telah menjadi bagian keseharian masyarakat Indonesia. Namun, perhatian publik dan kesehatan tertuju pada proporsi konsumsi yang berlebihan, khususnya di provinsi Jawa Barat. 

Fenomena ini tak hanya mencerminkan selera terhadap rasa manis, tetapi juga menghadirkan tantangan serius di sektor kesehatan. Tingginya konsumsi minuman manis tersebut kerap dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit tidak menular seperti diabetes, obesitas, dan gangguan metabolik lainnya. Oleh karena itu, memahami sebaran konsumsi, penyebab, dan dampaknya sangat penting agar masyarakat dan pengambil kebijakan bisa merespons dengan tepat.

Disebutkan dalam laman Detik, berdasarkan survei Susenas 2024, tercatat 88 persen rumah tangga di Jawa Barat mengonsumsi setidaknya satu jenis minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) setiap pekan, sehingga menjadi tertinggi di antara provinsi lain.  Di posisi kedua adalah DKI Jakarta, dengan angka sedikit lebih rendah, yaitu 87,4 persen. 

Dari jenis produk yang paling banyak dikonsumsi, kopi instan mencuat sebagai favorit masyarakat Jabar, dengan persentase mencapai 42 persen dari keseluruhan konsumsi MBDK.  Tren ini menunjukkan bahwa minuman manis bukan hanya soal teh kemasan dan soda, melainkan juga produk kopi instan yang sudah diproduksi secara masif dan mudah ditemukan. 

Baca Juga: 5 Daftar Minuman Manis Khas Garut yang Wajib Dicoba

Beberapa faktor yang menjadi pendorong tingginya konsumsi minuman manis di Jawa Barat antara lain:

1. Akses dan ketersediaan mudah

Produk minuman berpemanis dengan kemasan (MBDK) banyak dijual di minimarket, warung, gerai kopi kekinian, dan bahkan melalui layanan online. Faktor ketersediaan ini mempermudah masyarakat untuk membeli tanpa berpikir panjang.

2. Budaya Konsumsi Minuman Manis dalam Keseharian

Kebiasaan minum teh manis atau kopi manis sudah sangat membumi di masyarakat Jawa Barat sebagai bagian dari rutinitas sehari-hari. Hal ini memperkuat permintaan terhadap minuman manis.

3. Harga yang Relatif Terjangkau

Karena diproduksi massal dan kompetisi yang kuat, harga minuman berpemanis umumnya cukup kompetitif sehingga sulit dihindari oleh konsumen yang mencari produk murah.

Baca Juga: Makanan Olahan dan Minuman Manis Bisa Bikin Gangguan Demensia

4. Minim Literasi Gula dan Dampak Kesehatan

Walaupun kesadaran tentang bahaya gula mulai muncul, belum semua masyarakat memahami batas aman konsumsi gula harian atau efek jangka panjang dari konsumsi tinggi gula.

5. Kurangnya Regulasi Efektif

Upaya penetapan cukai minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) telah menjadi wacana sejak lama, namun realisasinya tertunda, sementara konsumsi tetap meningkat.

Terlalu sering mengonsumsi minuman manis dapat meningkatkan beban terhadap ginjal dan risiko penyakit ginjal kronis, sebagaimana dikaitkan dalam artikel kesehatan nasional. Konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan secara terus-menerus dinilai berkontribusi pada lonjakan kasus diabetes di Indonesia.

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.