Fenomena Keragaman Geologi Panas Bumi Cekungan Garut


Garut – Sumber air yang berlimpah di wilayah Cekungan Garut, baik air permukaan maupun air bawah tanah termasuk air pamas bumi tidak terlepas dari pola curah hujan.

Data BMKG memperlihatkan curah hujan rata-rata tahunan di Cekungan Garut sekitar 2.589 mm dengan musim hujan 9 bulan dan musim kemarau 3 bulan. Kondisi tersebut dapat menjadikan Garut sebagai pelopor pemanfaatan panas bumi untuk kebutuhan pembangkir listrik tenaga listrik dan menjadi salah satu wilayah penghasil terbesar di Indonesia.

Di wilayah Garut, terdapat dua bagian yang menghasilkan PLTP. Bagian barat berada di PLTP Kamojang dan PLTP Darajat, satu lainnya berada di bagian barat dengan sebutan PLTP Talaga Bodas.

Kamojang merupakan lokasi eksplorasi panas bumi pertama yang dilakukan oleh pemerintah Kolonial Belanda dan pemboran pertama dilakukan pada tahun 1924. Sejak 1978 telah menjadi PLTP pertama di Indonesia yang dikelola oleh PT. Pertamina Geothermal Energi dan telah bermanfaat selama 44 tahun.

Lokasi lainnya yang menjadi penghasil PLTP yaitu Darajat. Berada diantara pegunungan Kamojang dan Gunung Papandayan ini dikelola oleh perusahaan Star Energy Geothermal dan menghasilkan kapasitas energi panas bumi sebesar 271 MW.

PLTP Talaga Bodas memiliki potensi panas bumi yang telah dikembangkan menjadi PLTP dengan kapasitas mencapai 30 MW. PLTP ini telah menggunakan teknologi ramah lingkungan yang memiliki kemampuan mengurangi emisi gas rumah kaca yaitu CO2 sebesar 202 ribu ton per tahun.

Fenomena Keragaman Panas Bumi ini memiliki pesona untuk dikembangkan sebagai objek geowisata. Keragaman geologi yang dimasuk adalah gambaran keunikan komponen geologi seperti mineral, batuan, fosul, struktur geologi, dan bentang alam yang menjadi kekayaan hakiki dari suatu daerah. Selain itu, keberadaannya dapat mewakili proses evolusi geologi daerah tersebut.

 

 

 

Sumber materi : Buku Taman Bumi Mooi Garut Karya Oki Oktariadi         

 


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka