Pacu Jalur Kuansing, Tradisi Unik Perahu Lomba dari Riau
Pacu Jalur, lomba perahu tradisional khas Kuantan Singingi, Riau, adalah warisan budaya yang terus hidup setiap 17 Agustus sejak awal abad ke-17.
Tradisi Pacu Jalur merupakan kompetisi mendayung perahu panjang yang memiliki peran penting sebagai identitas budaya masyarakat Kuantan Singingi (Kuansing), Riau. Meskipun sekarang dikenal sebagai ajang olahraga tradisional, awalnya perahu panjang ini berfungsi sebagai alat transportasi utama bagi warga di sekitar Sungai Kuantan.
Baca juga: Mengenal Hadang, Permainan Tradisional yang Melatih Kecerdikan
Sejarah Panjang Pacu Jalur di Sungai Kuantan
Pacu Jalur sudah ada sejak awal abad ke-17, ketika perahu panjang atau jalur menjadi alat transportasi penting bagi warga desa sepanjang aliran Sungai Kuantan. Sekitar tahun 1900-an, masyarakat mulai mengadakan pacu jalur dalam rangka merayakan berbagai hari besar keagamaan, seperti Maulid Nabi dan Idul Fitri.
Pada tahun 1905, pemerintah kolonial Belanda menjadikan tradisi ini sebagai perayaan hari kelahiran Ratu Wilhelmina setiap 31 Agustus. Akan tetapi, sejak tahun 1950-an setelah Indonesia merdeka, masyarakat mulai menghidupkan kembali pacu jalur serta mulai menjadikannya tradisi tahunan setiap 17 Agustus, untuk merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia.
Susunan Lengkap Anak Pacu dan Peran Mereka
Pacu Jalur bukan sekadar kompetisi mendayung biasa. Setiap perahu terdapat susunan kru yang dinamakan anak pacu, dengan pembagian tugas yang sangat terperinci:
-
Tukang tari (anak Coki): Orang yang bertugas di bagian paling depan untuk menari dan membangkitkan semangat.
-
Tukang concang: Dua orang yang mengatur tempo cepat atau lambatnya kayuhan.
-
Tukang kayuh: Tim utama yang terdiri sampai 40 orang, memiliki tugas mengayuh jalur dengan kekuatan penuh.
-
Tukang timbo: Satu orang yang bertugas untuk menimba air agar jalur dalam keadaan ringan dan seimbang.
-
Tukang onjai: Bertanggung jawab mengatur gerakan naik-turunnya haluan jalur saat kompetisi berlangsung.
-
Tukang kemudi: Dua orang yang menjaga arah dan keseimbangan perahu agar tetap lurus dan tidak goyang.
Baca juga: Batik Garut SHD: Simbol Budaya yang Sarat Nilai Matematika
Pacu Jalur bukan sekadar perlombaan tradisional biasa, melainkan juga sebagai bentuk kerja sama, kekuatan fisik, serta pelestarian warisan budaya yang masih hidup hingga saat ini. Tradisi tersebut tidak hanya milik warga Riau, namun juga menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang seharusnya kita banggakan bersama.
Sumber: Historiografis
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.