Hadro, Kesenian Tradisonal yang Berkembang di Bungbulang

Hadro, Kesenian Tradisonal yang Berkembang di Bungbulang

Hadro atau hadroh merupakan kesenian yang identik dengan agama islam karena di dalamnya mengandung shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Selain itu, hadro juga digunakan sebagai media siar ajaran agama islam. Kesenian hadro ini merupakan perpanduan sholawatan, tabuhan dan tari. Pada pertunjukannya kesenian hadro ini berupa pembacaan wawacan dan syair-syair islam yang diiringi oleh rebana dan kendang yang merupakan alat musik tabuh.

Sedangkan untuk tarian yang ada di dalam kesenian ini lebih merujuk terhadap jurus-jurus pencak silat. Kesenian hadro palin sedikit dimainkan oleh 6 rebana yang dimana pemain rebana ini dipisah menjadi dua kelompok yakni 3 orang kelompok kanan dan 3 orang kelompok kiri. Selain

Kesenian hadro ini berkembang di Desa Bojong, Kecamatan Bungbulang. Kesenian hadro yang kental akan budaya Arab dan Parsi ini kemudian oleh akulturasikan dengan budaya sunda. Unsur sunda di dalam kesenian hadroh ini dapat dilihat dari alat musik yang digunakan seperti rebana, kemprng, bajidor dan bangsing serta jenis tabuhan yang dimainkan merupakan tabuhan yang sering digunakan dalam berbagai kesenian sunda. Selain itu, adanya gerakan-gerakan pencak silat sembari mengiringi tabuhan rebana ini merupakan ciri khas dari kesenian hadro yang berkembang di Bungbulang.

Di Garut kesenian hadro ini pertama kali dikenalkan oeh Kyai Haji Ahmad Sayuti yang berasal dari Kecamatan Samarang. Pada awalnya kesenian hadro ini hanya dimainkan oleh para santri di dalam pesantren saja karena ini kesenia hadro ini merupakan salah satu instrumen pengajaran agama islam. Kemudian Kyai Haji Ahmad Sayuti ini mulai memperkenalkan kesenian hadro ini diluar pesantren untuk menarik perhatian masyarakat untuk mempelajari bahasa Arab.

Saat ini kesenian hadro tidak hanya dimainkan saat hari-hari keamanan saja, kesenian hadro mulai di kenal oleh banyak kalangan masyarakat dan mulai dimainkan di acara-acara penting, baik acara penting skala desa hingga skala nasional. Selain itu, kesenian hadro ini juga menjadi sebuah acara yang sering ditampilkan di acara perkawinan hingga acara khitanan.

Saat ini kelompok seniman hadro di Bungbulang dikenal sebagai Panca Mustika. Para seniman hadro yang menyebut diri mereka sebagai Panca Mustik ini memiliki lima nilai yang harus ditaati yakni jangan melanggar huku ( ulah ngarempug tugu), jangan mengubah keputusan bersama (ulah ngarempak canar), jangan merasa benar sendiri (ulah ngaremak meulah pamali), jangan iri hati (ngukut anjing belang) dan jangan mencari kesalahan orang lain (ngukut ucing belang)

 

Sumber : visit garut


Baca lainnya

0 Komentar :

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.