Kebijakan Penggunaan Bahasa Sunda di Sekolah Pada Zaman Belanda


[Illustration : womanindonesia.com]

Kebijakan penggunaan bahasa Sunda di sekolah yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda mulai ditetapkan pada tahun 1848. Gubernur Jenderal yang menjabat pada saat itu menyiapkan dana khsusu untuk membangun kweekschool yang merupakan sekolah tempat pelatihan guru mengajara. Pelatihan ini dibangun untuk membantu para guru dari negara Belanda mengajar menggunakan Bahasa Melayu dan Bahasa Sunda.

Pada saat itu Bahasa Sunda digolongkan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai bahasa jawa dengan dialek gunung atau disebut sebagai bahasa orang gunung jawa. Kweekschool di didirikan di Bandung pada 1866 berkat dukungan Frederik Karl Holle dengan tujuan untuk memperbanyak sekolah berbahasa sunda sehingga masyarakat sunda dapat bersekolah. Sekolah sunda berbahasa sunda pertama kali di dirikan di Cianjur pada tahun 1851, kemudian sekolah dasar berbahasa sunda kedua didirikan di Bandung tiga tahun setelahnya.

Kebiajakan penggunaan Bahasa Sunda di sekolah ini memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan ke pada kaum pribumi yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh pemerintah Hndia Belanda. Sekolah dasar berbahasa Sunda ini kemudian di bangun di berbagai daerah di Jawa Barat seperti di Sumedang, Garut, Manonjaya, Cirebon, Ciamis, Kuningan, Majalengka, Indramayu dan Kuningan.

Tujuan Pemerintah Hindia Belanda untuk membangun sekolah berbahasa Sunda ini ialah untuk mengalahkan sekolah-sekolah yang didirikan oleh bangsa pribumi. pemerintah Hindia Belanda ingin mendidik masyarakat Pribumi untuk membela dan bersekutu dengan Pemerintah Hindia Belanda. Kebijakan penggunaan bahasa Sunda dan daerah di Hindia Belanda meningkatkan jumlah sekolah dasar berbahasa daerah di Jawa dan Madura. Namun, jumlah sekolah berbahasa daerah paling banyak di bangun di Tanah Priangan karena Pemerintah Hindia Belanda merasa bahwa Tanah Priangan memiliki potensi ekonomi yang besar karena memiliki Prianger Stelsel.

 

Meskipun kebijakan penggunaan bahasa Sunda di sekolah milik pemerintah Hindia Belanda ini terlihat bagus dan dirasa dapat mengakses semua kalangan, nyatanya tidak seperti itu. Hanya tokoh pribumi tertentu yang sesuai dengan kriteria mereka-lah yang dapat bersekolah disana. Bahkan masyarakat pribumi menyebut sekolah tersebut sebagai sekolah menak. Meskipun menggunakan bahasa Sunda tidak semua masyarakat Sunda dapat bersekolah disana.

 

 

Sumber : Mikihiro Moriyama, Languange Policy in Dutch Colony : On Sundanese In the Dutch East Indies, South East Asian Studies


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka