Kekejaman Kempetai di Masa Pemerintahan Jepang Membuat Rakyat Pribumi Ketakutan

Selama Pendudukan Tentara Jepang, rakyat Garut tidak hanya menderita lahir tetapi juga batin. Selain barang-barang yang diserahkan secara sukarela kepada Tentara Jepang, rakyat Garut juga hidup sengsara karena kekurangan bahan pangan dan sandang dalam kehidupan sehari-hari.

Meskipun kehidupan rakyat Garut menjadi sengsara, tidak ada seorang pun yang berani menentang Tentara Jepang karena apabila begitu akan langsung berhadapan dengan Kempetai.

Kempetai merupakan badan keamanan militer yang mengawasi dan menegakan aturan-aturan militer Jepang di wilayah yang mereka kuasai. Kempetai tidak segan-segan dalam menindas orang-orang yang melawannya.

Kegiatan Kempetai semakin meningkat di Garut, terutama setelah adanya perlawanan K.H. Zainal Mustapa terhadap Pemerintah Tentara Jepang di Sukamanah, Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya pada 25 Februari 1944. Kempetai sering mengawasi dan meminta keterangan secara langsung dari para kiai di Garut tentang kegiatannya, kalau-kalau ada hubungan dengan perlawanan di Sukamanah, karena hal yang paling dikhawatirkan oleh Pemerintah Tentara jepang adalah adanya perlawanan serupa di Sukamanah.

Kempetai akan dengan mudah menangkap orang yang salah ucap, orang yang dicurigai, terlebih lagi jika dituduh sebagai mata-mata musuh, bisa saja orang-orang dengan indikasi seperti itu dihukum mati. Setiap orang yang dipanggil oleh Kempetai ke markasnya di Hotel Papandayan akan memperoleh siksaan di luar batas perikemanusiaan, hanya keajaiban yang bisa menyelamatkan orang-orang dengan keadaan utuh meskipun mental dan jiwa nya pasti terganggu.

Sumber : Kunto Sofianto, Garut Pada Masa Pemerintahan Pendudukan Jepang 192-1945, Sosiohumaniora, Volume 16 No. 1 Maret 2014