Kesenian Bangklung Asal Garut yang Bernafaskan Islam


Bangklung adalah kesenian yang berasal dari kata terebang dan angklung. Nama ini dicetuskan oleh Bapak R. Rukasa Kartaatmadja, kepala seksi Kebudayaan Kabupaten Garut. Pertumbuhan seni Bangklung bermula dari Kampung Babakan Garut, Desa Cisero, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut. Seni Bangklung merupakan kesenian Garut yang tidak lepas dari pengaruh kebudayaan Islam. Mereka menghibur dirinya dengan melantunkan salawat Nabi diiringi tabuhan tarebang, sehingga kesenian ini digunakan sebagai media dakwah juga. 

Dalam perkembangannya, mereka menciptakan alat musik atau waditra baru yang mirip dengan rebana kemudian disebut tarebang yang terdiri dari 5 buah dan masing-masing diberi nama, yaitu kempring, tempas, bangsing, indung, dan anak.

Perkembangan seni Bangklung terus diperbaharui dan ditata dengan rapi bahkan melahirkan seni lain yang disebut seni nerebang atau nyalawat yang berasal dari kata salawat Nabi. Lagu-lagu yang disajikannya kebanyakan berbahasa Arab yang bersumber dari kitab Barjanji yang berisikan pujian-pujian kepada Nabi Muhammad SAW. 

Selain menyajikan lagu-lagu ke-Islaman, seni Bangkling menyajikan lagu-lagu yang berbahasa Sunda seperti Soleang, Anjrag, Buncis, dan Tokecang. Dalam pertunjukannya disertakan tarian dengan gerakan sederhana yang menggambarkan perilaku masyarakat tani ketika mengolah sawahnya di pedesaan. 

Dari tarian tersebut, terbentuklah seni lain yang disebut seni Yami Rudat, selain menggunakan salawat Nabi, ada juga lagu sindiran tentang situasi yang terjadi pada saat itu. Hal tersebut menjadi daya tarik bagi pendukungnya sehingga seni Bangklung semakin digemari penonton. 

Busana yang dipakai para pemain Bangklung yaitu Penabuh Terebang dan Angklung Badud yang mengenakan baju kampret, celana sontog, dan totopong. Para penari berpakaian sama tetapi berbeda warna dengan maksud memberdakan pemberian tugas yang diperankan.

Jumlah pemain Bangklung ada 20 orang yang terdiri dari 5 orang penabuh Terebang, 7 orang pemain Angklung Badud, 8 orang penari Yami Rudat dari sekian banyak pemain Bangklung, satu orang di antara mereka menjadi pimpinan rombongan Bangklung dan biasanya dipilih yang paling tua.


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka